Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengkarut Bantuan Rumah Gempa di Lombok, Masih Ada Warga yang Tinggal di Tenda dan Pematang Sawah

Kompas.com - 28/03/2022, 15:58 WIB
Idham Khalid,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Karyadi mengaku tidak mengetahui letak kesalahan, kenapa hingga saat ini warga yang diusulkannya tersebut tidak keluar sebagai orang penerima bantuan.

“Kalau kesalahan di mana kami juga tidak tahu, kami hanya mengusulkan ke pemerintah atasan, ini warga kami yang belum mendapatkan bantuan, tapi sampai hari ini tidak ada informasi,” kata Karyadi.

Baca juga: Usai Insiden Mandalika, Marquez Diprediksi Sulit Juara MotoGP 2022

Halimah terpaksa tnggal di pematang sawah

Halimah (50) merupakan salah satu warga Desa Sintung yang belum menerima bantuan rumah setelah empat tahun gempa Lombok berlalu.

Kini ia terpaksa tinggal digubuk reyot karena tempat tinggal lamanya rusak parah akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,0 kala itu.

Halimah tinggal bersama suami Junaidi (50) dan seorang anak laki-laki yang saat ini masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kondisi rumah yang rusak parah tersebut membuat Halimah  dan keluarga masih bertahan dengan kehidupan yang serba terbatas.

Kondisi rumah Halimah di tengah pematang sawah yang berada di dusun Selakan, Desa Sintung Lombok TengahKOMPAS.COM/IDHAM KHALID Kondisi rumah Halimah di tengah pematang sawah yang berada di dusun Selakan, Desa Sintung Lombok Tengah

Tampak dari kejauhan bangunan rumah memanjang sekitar lima meter di tengah sawah dengan tiang-tiang terbuat dari pohon turi dan bambu.

Sementara sebagai dinding, Halimah memasang karung, beberapa seng bekas, dan atapnya juga terbuat dari seng bekas yang sudah berkarat dengan campuran ilalang yang suah lapuk.

Di dalamnya, tempat tidur Halimah bersama suami dibuat terpisah membelah pematang sawah.

Ranjang tidurnya dibuat menyerupai bangku yang hanya muat pas dengan badan Halimah dan suami.

Dari samping dan atas tempat tidurnya, sejumlah perabotan dan kebutuhan rumah tampak begelantungan, seperti panci, arit, minyak goreng dan lainnya menjadi satu dengan tempat tidurnya.

Sementara dalam rumah tersebut, terdapat satu kamar tidur yang dikhususkan untuk anaknya.

Baca juga: Kisah Halimah, Korban Gempa Lombok yang Kehilangan Rumah, Kini Tinggal di Pematang Sawah

Halimah menuturkan, hampir setiap malam kakinya kesemutan, karena tempat tidurnya tersebut sangat kecil, tidak sesuai dengan panjang tubuhnya. Dia juga mengaku kesulitan jika saat tidur harus berbalik badan.

“Hampir setiap malam kaki saya kesemutan, karena tidurnya tidak bisa terlentang kondisi begini (tempat tidur) pendek mas,” ungkap Halimah kepada Kompas.com.

Ibu tiga anak ini mengaku, ia memiliki kompor gas, namun sudah delpan bulan tidak menggunakannya karena tidak memiliki uang untuk membeli elpiji.

Halimah memilih memasak menggunakan tungku dengan memanfaatkan kayu bakar di tepi sungai.

Saat musim penghujan tiba, rumah yang ia tempati terkadang bocor, dan dinding berlapiskan karung basah terkena percikan hujan.

Saat hendak buang air besar, ia harus pergi ke sungai dengan menggunakan payung.

Hanya didata

Halimah mengatakan, banyak petugas yang telah mendatangi dirinya untuk meminta foto KTP dan KK. Keluarganya dijanjikan untuk mendapatkan bantuan, namun sejauh ini ia tidak pernah mendapatkan bantuan rumah gempa yang diharapkan.

“Sudah beberapa orang ke sini terus foto-foto rumah, KTP, KK, tapi sampai sekarang kondisi tetap tinggal di sawah, bahkan sudah mulai empat kali puasa di sini,” kata Halimah.

Sementara itu, Junaidi sang suami mengatakan hal serupa bahwa dirinya kerap didatangi petugas menyurvei rumahnya yang rusak.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 27 Maret 2022

“Banyak yang suah survei, tapi lagi-lagi jawabannya nama kita tidak ada dalam daftar penerima bantuan,” ungkap Junaidi.

Kini Junaidi hanya bisa pasrah dan tetap bertahan di pematang sawah bersama anak dan istrinya, dengan pekerjaan bertani dan buruh serabutan.

“Mau berbuat apa lagi, kita pergi jadi buruh tani, kadang kalau ada pekerjaan bangunan ikut, ya untuk nyambung hidup sehari-hari,” kata Junaidi.

Junaidi mengatakan, saat ini ia belum memiliki uang pribadi untuk memperbaiki rumahnya yang rusak. Dia berharap  pemerintah daerah maupun pusat agar memperhatikan kondisinya.

“Semoga pemerintah, mendengarkan memperhatikan kondisi kita, terketuk hatinya untuk membantu,” kata Junaidi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com