LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Kepulan asap membubung keluar dari atap dan celah pagar rumah Halimah (50) di pematang sawah, Dusun Selakan, Desa Sintung Lombok Tengah, NTB, Minggu (27/3/2022).
Asap tersebut berasal dari api tungku kayu tradisional miliknya yang digunakan untuk memasak.
Halimah merupakan salah satu warga Desa Sintung yang belum menerima bantuan rumah pasca-empat tahun gempa Lombok pada 2018.
Kini ia terpaksa tinggal di gubuk reyot karena rumah yang menjadi tempat tinggal awalnya rusak parah usai diguncang gempa magnitudo 7 kala itu.
Halimah tinggal bersama suami, Junaidi (50), dan seorang anak laki-laki yang saat ini masih mengenyam pendidikan di bangku kelas 2 SMA.
Kondisi rumah yang rusak parah tersebut membuat Halimah dan keluarga bertahan dengan kehidupan yang terbatas.
Tampak dari kejauhan, bangunan rumah memanjang sekitar 5 meter di tengah sawah dengan tiangnya terbuat dari pohon turi dan bambu.
Sementara sebagai dinding, Halimah memasang karung, beberapa seng bekas, dan atapnya juga terbuat dari seng bekas yang sudah berkarat dan dicampur atap ilalang yang suah lapuk.
Baca juga: Gubernur NTB Minta Maaf atas Macet dan Keterlambatan Bus Jemputan Penonton MotoGP
Memasuki bangunan tersebut, tempat tidur Halimah bersama suami dibuat terpisah membelah pematang sawah.
Ranjang tidurnya dibuat menyerupai bangku yang hanya muat pas dengan badan Halimah dan suami.
Dari samping dan atas tempat tidurnya, sejumlah perabotan dan kebutuhan rumah tampak bergelantungan, seperti panci, arit, minyak goreng, dan lainnya menjadi satu dengan tempat tidurnya.
Sementara itu, dalam rumah tersebut terdapat satu kamar tidur khusus anaknya.
Halimah menuturkan, hampir setiap malam kakinya kesemutan karena tempat tidurnya tak sesuai dengan panjang tubuhnya.
Selama ini ia kesulitan berbalik badan saat tidur.
“Hampir setiap malam kaki saya kesemutan, karena tidurnya tidak bisa telentang, kondisi begini (tempat tidur) pendek,” ungkap Halimah kepada Kompas.com.