Sekadar diketahui, menurut catatan sejarah perjuangan Pocut Meurah terjadi di akhir abad 19 sampai awal abad 20.
Pada 11 November 1902, dia dikepung oleh serdadu khusus Belanda dari Korps Marchausse dan terdesak.
Dengan dua tetakan luka di kepala, dua di bahu, sementara satu urat kening dan otot tumitnya putus, dia terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur.
Meski begitu, ia tetap tidak menyerah dengan rencong yang masih tergenggam kuat di tangannya.
Baca juga: Dukung Pocut Meurah Intan Jadi Pahlawan Nasional, Gubernur Aceh Sambangi Blora
Semangat pantang menyerahnya tersebut ternyata sangat dikagumi Belanda, bahkan Potjut Meurah Intan diberi gelar Heldhafting atau yang gagah berani.
Sehingga berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, pada 6 Mei 1905, beliau beserta putranya, Tuanku Budiman, dan seorang anggota keluarga kesultanan bernama Tuanku Ibrahim diasingkan ke Blora, Jawa Tengah.
Di Blora pula, Pocut Meurah Intan wafat pada 20 September 1937, dan dimakamkan di Desa Temurejo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.