KOMPAS.com - Seorang emak-emak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, bernama Sandra (41), meninggal dunia saat mengantre minyak goreng di salah satu ritel di Kecamatan Teluk Bayur, Sabtu (12/3/2022).
Korban meninggal dunia saat hendak dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Rivai Tanjung Redeb.
Dari keterangan suaminya bahwa korban memiliki riwayat penyakit asma, dan sebelum berangkat ke lokasi minimarket, ia sempat mengeluh sakit dada.
Terkait dengan kejadian itu, Pengamat Sosial dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Prof Dr Abdullah Idi, M.Ed pun menyayangkannya.
"Saya kira ini sangat memilukan, karena untuk mendapat minyak goreng ibu itu harus sampai meninggal dunia," katanya saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Sabtu (12/3/2022) sore.
Faktor kesehatan
Abdullah Idi menduga, kejadian itu terjadi bisa disebabkan karena kesehatan sang ibu yang tidak memungkin.
"Kesehatannya tidak memungkinkan, tapi terpaksa harus ikut antri sehigga tidak sadar bahwa nyawa terancam seperti itu," ujar Guru Besar Sosiologi ini.
Kata Abdullah Idi, saat ini hampir di semua daerah ibu-ibu antre untuk mendapatkan minyak goreng.
"Jadi, mau tidak mau ibu-ibu harus antre untuk mendapatkan minyak goreng untuk kebutuhan," ungkapnya.
Baca juga: Sebelum Meninggal Saat Antre Minyak Goreng, Ibu Ini Sempat Mengeluh Sakit Dada kepada Suaminya
Ia pun meminta kepada semua pihak penyelenggara untuk memberlakukan pengecekan suhu badan, bila perlu rapid test. Sebab, sambungnya, saat ini Covid-19 masih ada.
"Ibu-ibu ini juga kadang tidak mengecek kesehatannya. Ini jugakan masih Covid-19," ungkapnya.
Agar kejadian serupa tidak terjadi, Abdullah Idi pun menyarankan pemerintah untuk memperbanyak distribusi minyak goreng itu sendiri.
Baca juga: Emak-emak di Kaltim Meninggal Dunia Saat Antre Minyak Goreng
Kata Adbullah Idi, pemerintah sebenarnya sudah memenuhi itu semua. Hanya saja, ada beberapa oknum atau sekelompok orang yang melakukan penimbunan.
"Kita harap kelangkaan ini cepat berlalu. Masyarakat juga menyorot bahwa kita adalah negeri yang banyak kebun sawit, banyak kelapa, kenapa kita kurang minyak," ujarnya.
Abdullah Idi pun meminta kepada pemerintah agar masalah kelangkaan minyak goreng ini dapat teratasi sebelum bulan puasa.
"Ini tugas pemerintah, jangan sampai masyarakat terganggu konsentrasi dalam melaksanakan ibadah puasa," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.