Ciri Songket Palembang adalah kain berwarna merah dengan benang emas hampir menutupi hampir seluruh kain.
Fungsi Songket Palembang biasanya digunakan dalam acara pernikahan. Songket tidak hanya digunakan untuk mempelai melainkan juga untuk keluarga mempelai, tamu undangan, bahkan penari Gending Sriwijaya yang menyambut tamu kehormatan.
Motif Songket Palembang diwariskan secara turun-temurun hingga polanya banyak yang berubah.
Umumnya, motif Songket Palembang terdiri dari dua sampai tiga kombinasi motif yang menghasilkan gugusan gambar hingga menciptakan kain songket yang semakin menawan.
4. Tenun Troso, Jepara
Nama Troso diambil dari sebuah desa yang terdapat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Desa ini merupakan sentra pembuatan tenun yang hasil karyanya dinamakan Tenun Troso.
Tenun dibuat dengan alat tradisional atau Alat Tenun Bukan Mesin.
Tenun Troso memiliki motif spesial, yaitu motif bernuansa etnik, tradisional, klasik, dan unik. Di sisi lain, Tenun Troso juga menggunakan motif-motif kontemporer modern.
Baca juga: Mengenal Jenis Kain Songket Palembang
Sampai saat ini, Tenun Troso telah membuat berbagai macam motif, seperti misris, krisna, ukir, rantai, mawar, bambu, burung, naga, lilin. Bahkan, tenun membuat motif denan nama-nama kepala negara, seperti motif SBY, motif Obama, dan lain-lain.
5. Tenun Toraja
Tenun Toraja memiliki simbol spesial, yaitu keterikatan manusia dengan alam, lingkungan, dan warisan leluhur yang masih lestari hingga kini.
Dalam budaya Toraja, kain tenun memiliki kedudukan yang sangat tinggi.
Kain tenun memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat istiadat juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan.
Baca juga: Tenun Toraja, Kain Tanda Cinta Kasih di Rambu Solo
Di masa lampau hanya orang-orang khusus yang mampu memiliki kain tenun, seperti bangsawan atau orang kaya. Untuk mendapatkan kain, mereka wajib menukarkan dengan hewan ternak, seperti kerbau.
6. Tenun Gringsing, Bali
Kain Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibentuk menggunakan teknik ikat dobel.
Kata Gringsing berasal dari kata Gring yang berarti 'sakit' & sing berarti 'tidak', sehingga jika kata tersebut digabungkan menjadi 'nir sakit'. Istilah tersebut mengandung maksud penolak bala.
Baca juga: Mengenal Tenun Gringsing yang Dikenakan Puan Maharani, Penolak Bala dari Karangasem Bali
Kain ini terdapat di Desa Tenganan, Provinsi Bali. Umumnya, warga mempunyai kain Gringsing yang berusia ratusan tahun yang lalu. Kain digunakan dalam upacara khusus, seperti upacara keagamaan dan acat istiadat.
Di Bali, berbagai upacara bersandar pada kekuatan kain Gringsing, seperti upacara pangkas gigi, pernikahan, dan upacara keagaman lainnya.