Salin Artikel

Macam-macam Kain Tenun, dari Songket Minang, Ulos, hingga Tenun Toraja

KOMPAS.com - Kain tenun terdapat di sejumlah daerah di Indonesia.

Tenun merupakan bagian tradisi sebagian masyarakat negeri ini.

Kain tenun adalah proses membuat kain pada alat tenun yang dilakukan dengan menyilangkan masing-masing benang lungsi dan benang pakan.

Benang lungsi adalah benang yang ke arah panjang kain, sedangkan benang pakan merupakan benang ke arah lebar kain.

Kain tenun tidak hanya berfungsi untuk pakaian, melainkan kain juga digunakan sebagai fungsi sosial, agama, estetika, ekonomi dan aspek-aspek lain dalam kehidupan.

Berikut ini macam-macam kain tenun yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia:

1. Songket Minangkabau

Hasil tenun Sumatera Barat umumnya dikenal dengan istilah songket.

Di Sumatera Barat, songket dihasilkan di sejumlah daerah, seperti Silungkang, Lima Puluh Kota, Muaro Labuah, Solok, Pandai Sikek, maupun daerah lainnya.

Songket digunakan untuk perkawinan atau menyambut tamu.

Pandai sikek merupakan daerah yang banyak terdapat pengrajin tenun dengan jumlah hingga ratusan. Wilayah ini memiliki industri tenun yang lebih maju ketimbang daerah lainnya.

Ciri khas songket dari Sumatera Barat adalah menggunaan benang emas dan perak dalam kain sutera, sehingga menghasilkan kain yang mewah.

2. Tenun Ulos, Batak

Ulos merupakan kain tenun khas Batak yang berbentuk selendang. Kain tersebut biasanya ditenun menggunakan benang berwarna emas dan perak yang di dominasi warna merah, hitam, dan putih.

Kain ulos diberikan dari yang kedudukan rendah ke yang kedudukan tinggi, seperti dari anak ke orang tua.

Jenis ulos yang diberikan juga harus sesuai dengan ketentuan adat, karena tidak semua ulos memiliki arti dan fungsi yang sama.

Beberapa jenis ulos dalam adat istiadat Batak, yaitu:

  • Ulos Sibolang, ulos yang digunakan untuk memberikan rasa hormat atas jasa seseorang
  • Ulos Ragidup, Ragidup merupakan lambang kehidupan, ulos dinamakan Ragidup karena warna, lukisan, dan coraknya terkesan sangat hidup. Ulos ini diberikan oleh orang tua mempelai perempuan kepada mak mempelai pria.
  • Ulos Ragihotang, ulos ini sering digunakan sebagai sandang dan juga dipakai mengkafani jenazah.

3. Tenun Songket, Palembang

Kain Songket Palembang telah dikenal sejak zaman Sriwijaya. Kain songket Palembang banyak dipengaruhi kebudayaan Cina dan India yang dibawa para pedagang ke Sriwijaya.

Ciri Songket Palembang adalah kain berwarna merah dengan benang emas hampir menutupi hampir seluruh kain.

Fungsi Songket Palembang biasanya digunakan dalam acara pernikahan. Songket tidak hanya digunakan untuk mempelai melainkan juga untuk keluarga mempelai, tamu undangan, bahkan penari Gending Sriwijaya yang menyambut tamu kehormatan.

Motif Songket Palembang diwariskan secara turun-temurun hingga polanya banyak yang berubah.

Umumnya, motif Songket Palembang terdiri dari dua sampai tiga kombinasi motif yang menghasilkan gugusan gambar hingga menciptakan kain songket yang semakin menawan.

4. Tenun Troso, Jepara

Nama Troso diambil dari sebuah desa yang terdapat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Desa ini merupakan sentra pembuatan tenun yang hasil karyanya dinamakan Tenun Troso.

Tenun dibuat dengan alat tradisional atau Alat Tenun Bukan Mesin.

Tenun Troso memiliki motif spesial, yaitu motif bernuansa etnik, tradisional, klasik, dan unik. Di sisi lain, Tenun Troso juga menggunakan motif-motif kontemporer modern.

Sampai saat ini, Tenun Troso telah membuat berbagai macam motif, seperti misris, krisna, ukir, rantai, mawar, bambu, burung, naga, lilin. Bahkan, tenun membuat motif denan nama-nama kepala negara, seperti motif SBY, motif Obama, dan lain-lain.

5. Tenun Toraja

Tenun Toraja memiliki simbol spesial, yaitu keterikatan manusia dengan alam, lingkungan, dan warisan leluhur yang masih lestari hingga kini.

Dalam budaya Toraja, kain tenun memiliki kedudukan yang sangat tinggi.

Kain tenun memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat istiadat juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan.

Di masa lampau hanya orang-orang khusus yang mampu memiliki kain tenun, seperti bangsawan atau orang kaya. Untuk mendapatkan kain, mereka wajib menukarkan dengan hewan ternak, seperti kerbau.

6. Tenun Gringsing, Bali 

Kain Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibentuk menggunakan teknik ikat dobel.

Kata Gringsing berasal dari kata Gring yang berarti 'sakit' & sing berarti 'tidak', sehingga jika kata tersebut digabungkan menjadi 'nir sakit'. Istilah tersebut mengandung maksud penolak bala.

Kain ini terdapat di Desa Tenganan, Provinsi Bali. Umumnya, warga mempunyai kain Gringsing yang berusia ratusan tahun yang lalu. Kain digunakan dalam upacara khusus, seperti upacara keagamaan dan acat istiadat.

Di Bali, berbagai upacara bersandar pada kekuatan kain Gringsing, seperti upacara pangkas gigi, pernikahan, dan upacara keagaman lainnya.

Motif kain Gringsing sebagian besar bunga dan fauna.

7. Kain Tenun Nusa Tenggara Timur (NTT)

Kain Tenun NTT merupakan kain yang dibuat oleh masyarakat NTT.

Kain tenun NTT merupakan kain yang terbuat dari benang yang telah dicelupkan dalam pewarna alami, akar pohon yang menggunakan dedaunan, lalu diikat pada alat tenun.

Setiap suku di NTT, masing-masing memiliki motif kain tenun dan kain tenun tersebut tidak ada yang sama satu sama lain.

Motif dan pola merupakan manisfetasi dari kehidupan keseharian masyarakat setempat yang memiliki ikat emosional yang kuat dengan masyarakat setempat.

Tenun ikat merupakan salah satu tenun khas NTT. Dalam tenun ini, motif diciptakan menurut pengikatan benang. Di wilayah lain, benang pakan yang diikat, maka di NTT dibuat dengan cara benang lungsi yang diikat.

8. Tenun Sasak, Nusa Tenggara Barat

Di Nusa Tenggara Barat menenun merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh wanita.

Ada suatu filosofi atau tradisi yang dianut suku sasak.

Perempuan yang belum piawai menenun secara adat belum boleh menikah, karena ia dianggap belum dewasa.

Keunikan Tenun Sasak adalah bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan dari alam. Benang yang digunakan berasal dari kapas.

Keuntungannya, warna kain tidak pudar walapun sering dicuci.

9. Tenun Doyo Kalimantan Timur

Tenun Doyo merupkan tenun ikat yang bahannya dibuat dari serat daun khas yang terdapat di wilayah tersebut.

Motif tenun Doyo mengambil corak berbentuk, hewan, tumbuhan, sampai cerita mitologi yang berkembang di suku Dayak.

Tenun berwarna merah, coklat, dan hitam ini dipakai dalam acara khusus, seperti sebagai mas kawin serta acara adat istiadat untuk pelengkap busana.

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bdipadang.kemenperin.go.id, dan scholar.unand.ac.id

https://regional.kompas.com/read/2022/02/28/140606578/macam-macam-kain-tenun-dari-songket-minang-ulos-hingga-tenun-toraja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke