"Untuk mendapatkan kain perca sendiri dari teman-teman penjahit dan industri yang tidak bisa mengolah," imbuh dia.
Sebagian, ada yang memberikan limbah kain tersebut dengan cuma-cuma. Namun, ada juga yang menjualnya.
Sampai saat ini, dia belum bisa menghitung berapa jumlah limbah kain yang dia dapatkan setiap bulannya.
Baca juga: Kopi Pak Tjarik, Kafe Kekinian Bernuansa Jawa Klasik di Semarang
"Kalau satu gudang itu lebih ya. Ukurannya beda-beda," kata dia.
Ketua Komunitas Ken Runtah, Candra menambahkan, limbah kain yang diperoleh oleh komunitas bisa dibuat untuk selimut, baju, masker dan beberapa produk yang lain.
"Adanya komunitas ini untuk membantu anggota memasarkannya, menjualnya, supaya lebih mudah," imbuh dia.
Ke depannya, dia berharap komunitas yang dia pimpin mampu berkembang lebih besar lagi.
Menurutnya, limbah kain saat ini masih banyak yang belum dimanfaatkan.
"Kalau hanya jadi limbah nanti malah jadi masalah," papar dia.
Untuk itu, dia mengajak para produsen pernak-pernik dan pakaian untuk bergabung dengan komunitas Ken Runtah agar bisa berkembang lebih besar lagi.
"Kalau bareng-bareng kami bisa berkembang bareng-bareng juga," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.