Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Limbah, Komunitas Ken Runtah Bisa Jual Pernak-pernik ke China dan Eropa

Kompas.com - 28/02/2022, 12:25 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


SEMARANG, KOMPAS.com - Tak ada yang menyangka jika pernak-pernik dan pakaian yang dipajang di Galeri Art Kota Kama Semarang, Jawa Tengah, berasal dari limba kain.

Meski berasal dari limbah, kualitas pernak-pernik dan pakaian yang dibuat Komunitas Ken Runtah Semarang itu tak bisa dianggap remeh.

Saat ini, sudah ada beberapa anggota yang mengirimkan produknya ke luar negeri seperti China dan beberapa negara besar di Eropa.

Pendiri Komunitas Ken Runtah, Elkana Gunawan mengatakan, banyak produk yang sudah dijual ke banyak negara.

Baca juga: Imbas Ratusan Nelayan Tak Melaut, Harga Sejumlah Ikan Naik Tajam di Semarang

"Jadi, yang mengirim itu adalah perorangan yang jual ke luar negeri. Mereka adalah anggota kami," kata Elkana, saat ditemui di Kota Lama Semarang, Senin (28/2/2022).

Sebenarnya, komunitas tersebut baru seumur jagung. Komunitas Ken Runtah didirikan pada 16 September 2021.

Awalnya, komunitas tersebut membuat masker yang terbuat dari kain limbah.

"Namun, karena banyak kompetitornya banyak saat pandemi. Persaingannya ketat," ujar dia.

Menurutnya, komunitas yang dia buat itu bisa menjadi percontohan di kota-kota yang lain, karena masih banyak yang beranggapan limbah kain itu tak mempunyai nilai ekonomis.

 

"Untuk mendapatkan kain perca sendiri dari teman-teman penjahit dan industri yang tidak bisa mengolah," imbuh dia.

Sebagian, ada yang memberikan limbah kain tersebut dengan cuma-cuma. Namun, ada juga yang menjualnya.

Sampai saat ini, dia belum bisa menghitung berapa jumlah limbah kain yang dia dapatkan setiap bulannya.

Baca juga: Kopi Pak Tjarik, Kafe Kekinian Bernuansa Jawa Klasik di Semarang

"Kalau satu gudang itu lebih ya. Ukurannya beda-beda," kata dia.

Ketua Komunitas Ken Runtah, Candra menambahkan, limbah kain yang diperoleh oleh komunitas bisa dibuat untuk selimut, baju, masker dan beberapa produk yang lain.

"Adanya komunitas ini untuk membantu anggota memasarkannya, menjualnya, supaya lebih mudah," imbuh dia.

Ke depannya, dia berharap komunitas yang dia pimpin mampu berkembang lebih besar lagi.

Menurutnya, limbah kain saat ini masih banyak yang belum dimanfaatkan.

"Kalau hanya jadi limbah nanti malah jadi masalah," papar dia.

Untuk itu, dia mengajak para produsen pernak-pernik dan pakaian untuk bergabung dengan komunitas Ken Runtah agar bisa berkembang lebih besar lagi.

"Kalau bareng-bareng kami bisa berkembang bareng-bareng juga," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas HAM: 41 Kasus Kekerasan Terjadi di Papua hingga Juni 2024, 53 Orang Jadi Korban

Komnas HAM: 41 Kasus Kekerasan Terjadi di Papua hingga Juni 2024, 53 Orang Jadi Korban

Regional
Tolak Ganti Rugi Rp 5,3 Miliar, Warga Wadas: Tanah Bisa Jangka Panjang, Kalau Uang Cepat Habis

Tolak Ganti Rugi Rp 5,3 Miliar, Warga Wadas: Tanah Bisa Jangka Panjang, Kalau Uang Cepat Habis

Regional
Bentuk Gunung Api di Indonesia dan Contohnya

Bentuk Gunung Api di Indonesia dan Contohnya

Regional
Ekspor Timah Bangka Belitung Anjlok, Pendapatan Bea Cukai Sampai Nol

Ekspor Timah Bangka Belitung Anjlok, Pendapatan Bea Cukai Sampai Nol

Regional
Mahasiswa Kedokteran 'Nge-prank' Curi Mobil Teman Koas di Rumah Sakit, Kini Terancam Penjara

Mahasiswa Kedokteran "Nge-prank" Curi Mobil Teman Koas di Rumah Sakit, Kini Terancam Penjara

Regional
Warga Resah Aktivitas Tempat Hiburan Malam di Banyumas, Ada Promo Khusus Pakai Istilah Pendidikan

Warga Resah Aktivitas Tempat Hiburan Malam di Banyumas, Ada Promo Khusus Pakai Istilah Pendidikan

Regional
Banjir Ngarai Sianok Bukittinggi, Air Sampai Atap Rumah

Banjir Ngarai Sianok Bukittinggi, Air Sampai Atap Rumah

Regional
Optimalkan Pengelolaan Sampah di TPA Lelang, Bupati Aulia Serahkan Bulldozer D3 kepada DLHP HST

Optimalkan Pengelolaan Sampah di TPA Lelang, Bupati Aulia Serahkan Bulldozer D3 kepada DLHP HST

Regional
Mayat Misterius yang Tertimpa Potongan Beton di Banjar Kalsel Diduga Pemulung Besi Bekas

Mayat Misterius yang Tertimpa Potongan Beton di Banjar Kalsel Diduga Pemulung Besi Bekas

Regional
Caleg PDI-P di Banyumas Mundur akibat Sistem Komandate, KPU Klarifikasi

Caleg PDI-P di Banyumas Mundur akibat Sistem Komandate, KPU Klarifikasi

Regional
Korupsi Dana Hibah Pilkada, 5 Eks Anggota KPU Aru Maluku Divonis 1,5 Tahun Penjara

Korupsi Dana Hibah Pilkada, 5 Eks Anggota KPU Aru Maluku Divonis 1,5 Tahun Penjara

Regional
Partai Demokrat Resmi Dukung Andika Hazrumy di Pilkada Serang 2024

Partai Demokrat Resmi Dukung Andika Hazrumy di Pilkada Serang 2024

Regional
Pengungsi Rohingya Kabur di Aceh Barat, Aktivis Sebut Ada Pembiaran

Pengungsi Rohingya Kabur di Aceh Barat, Aktivis Sebut Ada Pembiaran

Regional
3 Bulan Upah Belum Dibayar, Puluhan 'Cleaning Service' RSUD Nunukan Mogok Masal

3 Bulan Upah Belum Dibayar, Puluhan "Cleaning Service" RSUD Nunukan Mogok Masal

Regional
Kecelakaan Truk di Tol Semarang, Sopir Asal Malang Tewas

Kecelakaan Truk di Tol Semarang, Sopir Asal Malang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com