Ia pun teringat pesan para sesepuh yang diceritakan secara turun temurun kepada anak cucunya.
"Ada salah satu pohon di Wadas umurnya ratusan tahun namanya randu alas. Beberapa tokoh sepuh mengatakan ketika pohon randu alas ditebang maka akan menjadi karang abang istilah artinya banjir darah," jelasnya.
Menurutnya, meskipun hal itu terkait mitos namun ada pesan mendalam yang dituangkan ke generasinya.
Untuk itu, warga selalu menjaga kelestarian alam di Desa Wadas untuk kelangsungan hidup generasi berikutnya.
"Ketika ini terjadi maka akan ada pertumpahan darah di desa ini. Maka warga betul-betul komitmen menjaga sejarah itu. Jangan sampai terjadi penambangan. Ketika terjadi efeknya bukan hanya di Wadas tapi desa lainnya juga berdampak," pungkasnya.
Baca juga: Tanah Bekas Tambang di Desa Wadas Akan Direklamasi Jadi Obyek Wisata
Berangkat dari rasa solidaritas, 22 perupa dari berbagai daerah pun menuangkan hasil karyanya ke dalam kemasan Kopi Wadas.
Hasil penjualan Kopi Wadas dengan sentuhan karya lukis mereka akan didonasikan untuk mendukung perjuangan warga Wadas mempertahankan ruang hidupnya.
Kopi Wadas dengan bermacam kemasan yang menarik itu dipamerkan dalam acara bertajuk "Kepada Tanah" dan berlangsung 16-23 Februari 2022 di Matera Cafe Semarang.
Sebelumnya, pameran serupa digelar di Bali dan Batu. Setelah Kota Semarang, pameran akan berlanjut ke Kota Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
22 perupa yang terlibat dalam pameran ini antara lain Agugn, Agung Prayogi, Bambang Nurdiansyah, Benny Ibrahim, Bobomagz, Bodhi IA, Chrisna Fernand Gegerboyo, Ican Harem, Melaju Studio, Morrgth, Mufti Priyanka (Amenk), Muhammad Fatchurofi, Rio Krisma, Ruth Marbun, Sirin Farid Stevy, Suvi Wahyudianto, Taring Padi, Timoteus Anggawan Kusno, Toni Malakian, Uji ‘Hahan’ Handoko, Ykha Amelz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.