Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petani Desa Wadas yang Kebun Kopinya Terancam Digilas Tambang

Kompas.com - 20/02/2022, 20:18 WIB
Riska Farasonalia,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - "Kopi Wadas, salah satu potensi Jawa Tengah yang mengandung nilai sejarah dan harapan warga Wadas. Karena sampai detik ini kita masih terus berjuang," ungkap Siswanto (30), petani muda di Desa Wadas.

Siswanto pun mengaku resah akan ancaman kerusakan terhadap hasil bumi dari tanah leluhurnya akibat tambang.

Sembari sesekali merapikan topi yang dipakainya, ia bercerita bahwa Desa Wadas memiliki hasil tani dan kebun yang melimpah, khususnya rempah dan buah-buahan.

Dari semua hasil tani yang dihasilkan, salah satu potensi unggulan dari desanya adalah kopi robusta yang tumbuh di lahan perbukitan dnegan ketinggian 450 Mdpl.

Baca juga: Kementerian PUPR Ungkap Alasan Wadas Jadi Lokasi Penambangan Batuan Andesit Bendungan Bener

"Ada cukup banyak kopi yang tertanam di Wadas, itu turun temurun sampai hari ini," kata Siswanto saat berbincang dengan Kompas.com di Matera Cafe Semarang.

Tak jauh dari bangku tempat perbincangan, tampak deretan kopi yang kemasannya dibalut sentuhan seni para perupa sedang dipamerkan.

Berangkat dari hal itu, ia pun berkeinginan mengenalkan kopi dari tanah kelahirannya di tengah ancaman kerusakan lahan karena penambangan untuk bendungan.

"Kami ingin mengangkat kopi dari Wadas karena memiliki potensi yang bisa dinikmati masyarakat luas. Kami namakan Kopi Wadas agar masyarakat lebih mengenal desa kami yang sedang mati-matian berjuang mempertahankan lahan dari kerusakan lingkungan," ungkapnya.

Ia mengatakan dalam satu tahun para petani kopi di Wadas bisa menghasilkan sekitar 2 ton biji kopi.

"Itu belum semua petani. Karena masih ada petani yang fokusnya ke pengepul, itu yang belum bisa kita tarik. Setelah ini kita berupaya seberapa banyak kopi di Wadas yang bisa kita munculkan. Dan ternyata masih banyak juga," ucapnya.

Untuk itu, warga optimis bahwa Kopi Wadas akan semakin banyak dikenal masyarakat luas sehingga dapat mendukung perjuangan para warga tertuma petani yang menolak tanahnya dirampas.

"Ada sekitar 10 persen petani di Desa Wadas menanam kopi. Akhir-akhir ini justru semakin meningkat karena sudah banyak petani yang siap bertani kopi. Akses menjual mereka jadi mudah dengan munculnya Kopi Wadas ini," ujarnya.

Pameran bersama kopi Wadas Kepada Tanah di Matera Cafe Semarang, Jumat (17/2/2022)KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Pameran bersama kopi Wadas Kepada Tanah di Matera Cafe Semarang, Jumat (17/2/2022)

Ia mengaku sampai detik ini warga tetap gigih menolak adanya penambangan batu andesit di Desa Wadas.

Sebab, ada lahan perkebunan kopi yang akan terdampak akibat penambangan yang menyebabkan rusaknya lingkungan.

"Lahan kopi terdampak karena masuk lokasi penambangan kuari sekitar 145 ha di luas sekitar 225 ha. Kalau diperbukitan, kita hampir semua akan kena dampaknya. Itu harapan warga bahwa kita butuh dukungan lewat Kopi Wadas ini," ucapnya.

Ia pun teringat pesan para sesepuh yang diceritakan secara turun temurun kepada anak cucunya.

"Ada salah satu pohon di Wadas umurnya ratusan tahun namanya randu alas. Beberapa tokoh sepuh mengatakan ketika pohon randu alas ditebang maka akan menjadi karang abang istilah artinya banjir darah," jelasnya.

Menurutnya, meskipun hal itu terkait mitos namun ada pesan mendalam yang dituangkan ke generasinya.

Untuk itu, warga selalu menjaga kelestarian alam di Desa Wadas untuk kelangsungan hidup generasi berikutnya.

Pameran bersama kopi Wadas di Matera Cafe Semarang, Jumat (17/2/2022)KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Pameran bersama kopi Wadas di Matera Cafe Semarang, Jumat (17/2/2022)

"Ketika ini terjadi maka akan ada pertumpahan darah di desa ini. Maka warga betul-betul komitmen menjaga sejarah itu. Jangan sampai terjadi penambangan. Ketika terjadi efeknya bukan hanya di Wadas tapi desa lainnya juga berdampak," pungkasnya.

Baca juga: Tanah Bekas Tambang di Desa Wadas Akan Direklamasi Jadi Obyek Wisata

Berangkat dari rasa solidaritas, 22 perupa dari berbagai daerah pun menuangkan hasil karyanya ke dalam kemasan Kopi Wadas.

Hasil penjualan Kopi Wadas dengan sentuhan karya lukis mereka akan didonasikan untuk mendukung perjuangan warga Wadas mempertahankan ruang hidupnya.

Kopi Wadas dengan bermacam kemasan yang menarik itu dipamerkan dalam acara bertajuk "Kepada Tanah" dan berlangsung 16-23 Februari 2022 di Matera Cafe Semarang.

Sebelumnya, pameran serupa digelar di Bali dan Batu. Setelah Kota Semarang, pameran akan berlanjut ke Kota Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

22 perupa yang terlibat dalam pameran ini antara lain Agugn, Agung Prayogi, Bambang Nurdiansyah, Benny Ibrahim, Bobomagz, Bodhi IA, Chrisna Fernand Gegerboyo, Ican Harem, Melaju Studio, Morrgth, Mufti Priyanka (Amenk), Muhammad Fatchurofi, Rio Krisma, Ruth Marbun, Sirin Farid Stevy, Suvi Wahyudianto, Taring Padi, Timoteus Anggawan Kusno, Toni Malakian, Uji ‘Hahan’ Handoko, Ykha Amelz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com