Sesaji tersebut terbuat dari pohon ketapang yang hiasi dengan rempah-rempah dan kertas warna warni.
Setelah dilakukan doa, pohon diarak di bibir pantai dan ditancapkan di bibir pantai
Pembukaan dan penutupan Sasi dimulai dengan upacara adat yang dipimpin oleh kepala adat.
Baca juga: IPB Perkenalkan Inovasi Alat Tangkap Ikan yang Aman dan Ramah Lingkungan
Upacara berlangung 1-7 hari yang dimulai dengan penyerahan dan penetapan alat-alat penandaan.
Selanjutnya, penanda tadi diarak keliling kampung dengan suling tambur untuk mengenalkan pada masyarakan akan dipasang tanda daerah yang menjadi wilayah Sasi. Tujuannya, supaya masyarakat tidak melanggar.
Setelah upacara selesai, tonggak sebagai penanda dipasang di wilayah zona Sasi.
Lubuk larangan terdapat di Batang (Sungai) Kapur, secara administratif wilayah tersebut berada di Nagari Sialang, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Di Lubuk Larang telah dikenal sebagai kawasan yang disepakati terlarang untuk mengambil ikan dengan segala cara yang dapat merusak lingkungan.
Baca juga: Resmi, Menteri KP Larang Penggunaan Alat Tangkap Ikan yang Rusak Ekologi Laut
Larang tersebut tertuang dalam hukum adat yang diperkuat dengan paraturan nagari.
Pemanenan ikan dilakukan setahun sekali dengan kesepakatan antara pengelola nagari tersebut. Biasanya, pembukaan Lubuk Larangan di pada musim kemarau atau menjelang Idul Fitri.
Pembukaan atau pemanenan Lubuk Larangan biasanya dilakukan dengan memasang pagar di sekitar kawasan untuk menempelkan jaring.
Penangkapan ikan hanya diperbolehkan menggunakan alat tradisional, supaya penangkapan ikan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Sedangkan ikan yang ditangkap minimal di atas 250 gram. Maksudnya, ikan-ikan yang lebih kecil dapat kesempatan menjadi lebih besar dan bertelur.
Pada beberapa lokasi Lubuk Larangan, Mencokau (mengambil ikan dari lubuk larangan) dimulai dengan memainkan musik tradisional, seperti Talempong dan Canang.
Baca juga: Uniknya Magowo Libu Watu, Ritual Tangkap Ikan di Sumba Barat
Masyarakat menggunakan pakaian adat, yaitu baju Taluaok Balango dan celana lebar yang serba hitam. Ninik mamak turun ke sungai (Lubuk Larangan) untuk melempar jala pertama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.