Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Azwan, Anak Eks PMI Malaysia Dirikan Yayasan Permata Ibu Pertiwi di Yogyakarta demi Angkat Derajat Teman Senasib

Kompas.com - 10/02/2022, 17:05 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Namanya Azwan (22), anak eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) Malaysia yang selalu ingin terlihat menonjol dengan prestasi demi membuktikan diri, status anak PMI Ilegal juga bisa membawa kebanggaan bagi orangtua dan teman-temannya.

Tahun 2010, menjadi langkah awal bagi Azwan menggapai cita-citanya untuk untuk menempuh pendidikan tinggi.

Saat itu, ia berusia 11 tahun, dan di perkebunan kelapa sawit di Kinabatangan, Sabah, Malaysia tempat keluarganya bermukim dan bekerja, belum ada sekolah SD.

Baca juga: Gagalkan Penyelundupan, TNI AL Sebut Ada PMI Ilegal yang Sengaja Menyelam Lumpur untuk Jangkau Kapal

"Saya sering melihat anak-anak tempatan pergi sekolah, mereka tertawa riang sama teman temannya dan mengenakan seragam sekolah. Setiap istirahat kerja bantu Bapak, saya bertanya ‘bisakah saya sekolah Pak?," ujar dia, saat ditemui di sela menunggu kedatangan 161 anak PMI Malaysia penerima beasiswa reaptriasi pendidikan, di pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, Kaltara, Rabu (9/2/2022).

Jawaban Bapaknya yang menjelaskan status mereka sebagai PMI ilegal, justru membuat semangatnya tersulut.

Azwan selalu mencari informasi bagaimana anak PMI ilegal bisa mengenyam pendidikan di negara orang.

Dia pun akhirnya ikut paket A di PKBM KJRI Kota Kinabalu, dan ikut seleksi masuk sekolah Community Learning Centre (CLC).

"Pada 2011 saya masuk CLC, dan dari sana jalan untuk menempuh pendidikan, terbuka. Saya selalu ingat pesan orangtua, ‘Kalau bisa bersekolahlah, jangan ikuti jejak orangtua dan ketiga saudaramu. Biarlah kami bodoh asal kamu bisa pintar, itu sudah cukup," kenang Azwan.

Baca juga: Polres Tanjung Balai Amankan 20 Calon PMI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia

Membeli laptop dari hasil memungut kernel sawit

Pada 2013, saat Azwan menginjak kelas VIII bangku SMP, ia sudah berpikir jauh ke depan.

Hal yang paling ia miliki setelah bersekolah SMP adalah memiliki laptop. Ia mengutarakan keinginannya ke bapaknya dan mendapat dukungan penuh darinya.

"Upah kerja memungut kernel sawit itu antara 500-600 ringgit Malaysia sebulan. hasil kerja saya dikumpulkan dan akhirnya bisa memiliki laptop. Saya tahu di tengah kebun sawit tidak ada sinyal. Tapi saya selalu yakin, kalau apa yang saya beli akan sangat berguna,’’katanya.

Laptop yang ia beli pada 2013 tersebut masih digunakan sampai saat ini. Azwan juga mengaku sering mendapat pujian gurunya di SMP karena semangatnya yang menggebu untuk bisa bersekolah.

"Saat itu belum ada teman teman CLC punya laptop, saya beli sekitar Rp 5 juta. Dan guru terus memupuk semangat saya terkait pendidikan," lanjutnya.

Baca juga: Kepala Polisi Malaysia Bertemu Kapolri Bahas PMI Ilegal hingga Penanganan Covid-19

Merasakan duduk sebagai anggota DPR

Semangat dan keyakinan Azwan terus bertumbuh tatkala ia melanjutkan sekolah di SMKN 1 Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Ketekunan, tekad, dan mimpinya agar bisa memenuhi harapan orangtua dan keluarganya terus ia jaga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyalakan 'Flare' Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Menyalakan "Flare" Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Regional
Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Regional
Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi Online Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta per Hari

Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi Online Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta per Hari

Regional
Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Regional
Belum ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Belum ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Regional
Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Regional
Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Regional
'May Day', Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

"May Day", Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

Regional
Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Regional
Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Satgas Cartenz Duga KKB Penyerang Rumah Polisi dan Polsek Homeyo Kelompok Keni Tipagau

Regional
Status Kepegawaian Belum Jelas, PPDI Kebumen Curhat ke Bupati

Status Kepegawaian Belum Jelas, PPDI Kebumen Curhat ke Bupati

Regional
Kesal 'Di-prank', Seorang Pemuda Aniaya Kakeknya

Kesal "Di-prank", Seorang Pemuda Aniaya Kakeknya

Regional
Nelayan di Merauke Papua Temukan Mayat dengan Kepala Sudah Terpisah

Nelayan di Merauke Papua Temukan Mayat dengan Kepala Sudah Terpisah

Regional
Gibran Tanggapi soal DPRD Singgung Pembangunan Masjid Sriwedari Belum Selesai dalam Rapat Paripurna

Gibran Tanggapi soal DPRD Singgung Pembangunan Masjid Sriwedari Belum Selesai dalam Rapat Paripurna

Regional
Tak Nafkahi Anak Setelah Bercerai, Pria di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Tak Nafkahi Anak Setelah Bercerai, Pria di Aceh Timur Ditangkap Polisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com