Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Hapuskan Stigma “Lonte” Ratu Kalinyamat dengan Jadikan Pahlawan

Kompas.com - 08/02/2022, 09:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELASA Siang, 23 November 2021 lalu, saya bertemu dengan Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat yang akrab disapa Mbak Reri.

Di kediaman dinasnya, di Jalan Denpasar Jakarta, saya hadir bersama dua rekan dari kelompok pengajian strategis Hang Lekir (HL) 717, Dimas Azisoko Harmoko dan Sucipto.

Sementara Mbak Reri didamping beberapa wartawan senior, Elman Saragi dan Saur Hutabarat serta mantan Bupati Bojonegoro Kang Yoto.

Setelah makan siang, Mbak Reri membagikan kepada kami sejumlah buku, antara lain yang berjudul “Ratu Kalinyamat - Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549 - 1579” dan “Ratu Kalinyamat - Sejarah atau Mitos?”.

Buku-buku ini diterbitkan dalam rangka menyampaikan kembali usulan mengangkat Ratu Kalinyamat dari Jepara menjadi pahlawan nasional.

Kepada hadirin, Mbak Reri menyampaikan keprihatinannya, usaha untuk mengangkat Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan ini dibayang-bayangi stigma buruk bagi Ratu Kalinyamat ini.

“Di wilayah pantura Jawa sejak beberapa lama telah muncul ketroprak dengan lakon Ratu Kalinyamat lonte (pelacur),” ujar Mbak Reri dengan nada dan mimik penuh keprihatinan.

“Hal ini harus kita atasi,” ujarnya.

Sementara itu, Suyoto atau yang akrab dipanggil Kang Yoto langsung mengatakan, “Ratu Kalinyamat lonte ini bisa jadi judul tulisan.”

Perkataan Kang Yoto ini betul, karena ini merupakan daya pikat tersendiri bila ihwal Ratu Kalinyamat ini dijadikan tulisan.

Bagi saya, wartawan, unsur menarik adalah salah satu faktor untuk menarik orang membaca tulisan.

Ratu Kalinyamat atau Retna Kencana, menurut buku-buku yang diberikan kepada saya, adalah tokoh perempuan yang sangat terkenal sejak abad ke-16.

Ratu cantik dan perkasa ini, kata buku-buku itu, empat kali mengirimkan armada lautnya dari Jepara (Jawa Tengah utara) menyerang Portugis yang hendak menguasasi wilayah-wilayah di Asia pertengahan abad ke-16.

“Kami merencanakan untuk mengusulkan lagi Ratu Kalinyamat jadi pahlawan nasional,” kata Mbak Reri.

“Ratu Kalinyamat adalah tokoh berparas cantik, gagah berani seperti dilukiskan penulis Portugis Diogo de Couto dalam bukunya Da Asia sebagai De Kranige Dame (perempuan pemberani),” kata tulisan dalam buku Ratu Kalinyamat - Perempuan Perntis Antikolonialisme 1549 - 1579.

Penulis Portugis itu, Diogo de Couto, menyebut Ratu Kalinyamat sebagai “Rainha de Japora, Senhora Poderosa e rica” (Ratu Jepara, perempuan kaya dan sangat berkuasa)

Untuk mengetahui sejarah Ratu cantik yang perkasa ini saya buka beberapa buku sejarah terkenal saat ini.

Yakni, “Sejarah Indonesia Modern 1200 - 2004” tulisan MC Ricklefs (almarhum), profesor kehormatan di Monash University, Australia. Saya baca buku cetakan kedua tahun 2005.

Juga saya baca buku tulisan sejarahwan Belanda dari Universitas Leiden, Bernard HM Vlekke, berjudul “Nusantara - Sejarah Indonesia” yang ditulis tahun 1943 dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan dicetak pertama kali oleh PT Gramedia tahun 2008.

Buku lain yang saya baca adalah “Panggil Aku Kartini saja” tulisan Pramoedya Ananta Toer terbitan 1997.

Di bawah subjudul “Jeparanya Kartini”, Pramudya yang enam kali menjadi calon penerima Hadiah Nobel, mengatakan, “Ratu Kalinyamat, ‘Wanita Gagah’, sebagaimana diakui dalam kronik-kronik Portugis, dimakamkan di daerah ini, Mantingan (Jepara), dengan makam terhias hasil seni Islam.

Kemasyuran Jepara terutama sekali disebabkan oleh kepahlawanan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang pada tahun 1511 menguasai tempat ini.

Setahun kemudian, dari pelabuhan ini ia berangkat dengan armada laut 100 buah kapal berisi 12.000 prajurit berusaha mengusir Portugis dari semenanjung Malaka.....Pati Unus menderita kekalahan, tapi ini tidak mengurangi kebesarannya dan kepahlawanannya.

Pada tahun 1550 dan 1570 dari pelabuhan Jepara ini pula Ratu Kalinyamat mencoba mengulangi usaha Pati Unus mengusir Portugis dari Malaka, dengan kerja sama dengan Aceh.

Serangan gagal lagi. Namun kekalahan ini tidak menguragi kemasyuran Jepara.

Pram juga menuliskan serangan dari Jepara untuk mengusir Portugis di Pulau Hitu, Maluku. Gagal lagi.

Sejarahwan asal Amerika Serikat yang pernah lama tinggal di Australia dan Indonesia, Ricklefs, ketika melukiskan tentang peran penting Jepara dan Demak dalam sejarah perlawanan terhadap Portugis.

“Pengaruh Jepara mencapai tingkat yang terbesar pada akhir abad ke-16, pada waktu daerah ini diperintah oleh seorang ratu bernama Ratu Kalinyamat. Pada tahun 1551, Jepara membantu Johor dalam serangan yang gagal terhadap Malaka, dan pada tahun 1574, Jepara sekali lagi mengepung Malaka selama tiga bulan,” demikian tulis Ricklef.

Bernard HM Vlekke menuliskan pula kehebatan Ratu Kalinyamat.

“Setelah kerajaan Demak, muncul pula Kerajaan Jepara yang menjadi musuh berbahaya bagi Portugis pada abad ke-16. Ratu Jepara yang terkenal yang begitu menyusahkan Portugis di Malaka, wafat sebelum pergantian abad.....,” tulis Bernard HM Vlekke.

Ratu Kalinyamat yang ditulis oleh para penulis sejarah sebagai tokoh perkasa, mengapa muncul istilah “lonte” yang menyertai namanya sampai di masa kini.

Mbak Reri tidak menjelaskan mengapai sampai ada “ketoprak Ratu Kalinyamat Lonte”.

Namun, Mbak Reri sempat menyampaikan pada saya ucapan dalang wayang kulit Sujiwo Tejo tentang Ratu Kalinyamat ini.

“Mungkin beliau banyak pacarnya,” ujar Jiwo yang dikutip Mbak Reri.

Sementara itu, pengamat militer Indonesia Connie Rahakudini Bakrie yang ikut sebagai anggota tim pakar dalam buku (usulan) agar Ratu Kalinyamat jadi pahlawan nasional ini punya pendapat sampai munculnya “Ratu Kalinyamat Lonte”.

“Ini adalah hoax yang disebarkan oleh kolonial dan politisi lokal yang berusaha menurunkan nama baik Sang Ratu,” ujarnya ketika baru tiba di Jakarta dari Jepara, Minggu, 6 Frebuari 2022.

Dari nama terkenal selalu dibayangi dan diiringi oleh mitos dan cerita legenda. Nama populer hampir selalu memunculkan mitos, cerita dan dongeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Timnas Menang atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi Sambil Bunyikan Klakson

Timnas Menang atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi Sambil Bunyikan Klakson

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com