Setelah mendenngar kabar tentang Amiruddin yang mencari ibunya, perangkat Desa Ketapang, Banyuwangi berusaha membantunya.
Namun keberadaan sang ibu yang disebut bernama Nur Aisyah dan tinggal di dekat masjid wilayah sekitar Pelabuhan Ketapang Banyuwangi tak kunjung ditemukan.
"Kami memiliki aplikasi sistem informasi simdes, administrasi desa dan kependudukan. Semua warga Desa Ketapang terdaftar termasuk jika ada yang meninggal, atau pindahan. Semua bisa diakses secara online, by name, by address," jelas Rahmadinata, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Ketaoang, Senin (21/2/2019).
Ia mengatakan nama Nur Aisyah yang disebutkan Amiruddin tidak ditemukan dalam data penduduk Desa Ketapang yang berjumlah 20.089 orang.
Rahmadinata juga mencari di data penduduk yang sudah meninggal serta mencari secara manual dengan menghubungi RT/RW yang berada di wilayah Desa Ketapang terutama di wilayah pelabuhan penyeberangan.
"Kami tidak mendapatkan alamat detail keluarga Pak Amir. Hanya dari berita di media massa disebutkan jika rumah ibunya di dekat masjid Ketapang pelabuhan penyeberangan Ketapang Gilimanuk. Namun sudah kami sisir dan tidak ada nama yang disebutkan," jelasnya.
Saat tiba di Desa Ketapang, Banyuwangi pada akhir Desember 2019, Amiruddin mengaku jika ia selama ini berbohong.
Ternyata ia tak memiliki keluarga di Banyuwangi. Sang ibu yang ia sebut bernama Nur Asiyah masih tinggal di Desa Mangga Dua, Kecamatan Tanjung Beringin, Sergai, Sumatera Utara.
Permintaan maaf tersebut disampaikan Amiruddin di Balai Desa Ketapang, Sabtu malam (26/1/2019).
"Sebenarnya saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya merasa bersalah kepada relawan se-Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang saya tuju di Banyuwangi. Saya hanya berjalan kaki dari Sumatera hingga ke Banyuwangi selama dua bulan lebih untuk nazar jika sembuh dari sakit," kata dia.
Baca juga: Warga Brebes Telantar di Kaltim, 10 Hari Jalan Kaki dari Kutai Barat ke Balikpapan
Ia juga menjelaskan selama berjalan kaki ia mendapatkan bantuan sekitar Rp 25 juta dan Rp 49 juta yang dia simpan ke rekening pribadinya.
Rencananya, uang tersebut digunakan untuk usaha setelah pulang ke kampung halamannya.
Sesuai dengan KTP yang dipegang, Amir tercatat sebagai warga Dusun III KP Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, dengan pekerjaan wiraswasta dan status perkawinan belum kawin.
"Tapi selama jalan kaki saya tidak meminta bantuan, termasuk tidak meminta untuk dikawal oleh para relawan. Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia. Sekarang saya hanya ingin pulang ke kampung saya," dalih dia.
Baca juga: Jokowi Bertemu Togu Simorangkir, Aktivis yang Jalan Kaki dari Danau Toba ke Jakarta
Menurut Amir, ia tak menyangka banyak orang yang bersimpati padanya.
Saat menyampaikan permintaan maaf, ia sengaja menyebut Desa ketapang sebagai tujuan karena pernah memiliki teman kerja yang berasal dari Banyuwangi dan tinggal di belakang masjid dekat Pelabuhan Ketapang.