Salin Artikel

Kisah Amir yang Pura-pura Mengaku Jalan Kaki dari Medan ke Banyuwangi, Terima Bantuan Rp 74 Juta dari Relawan

Namun, usut punya usut, terjatuhnya pedagang bakso tersebut diduga hanya pura-pura alias cuma akting.

Dari rekaman CCTV, pedagang bakso itu jatuh dengan sengaja. Sementara bakso yang bergelimpangan di jalan ternyata ditaruh di ember.

Ia bahkan terlihat membenarkan posisi ember didufa untuk memperlihatkan visual yang lebih dramatis.

Saat dibantu, pria tersebut minta uang dan berharap mendapat belas kasihan dari warga.

Amiruddin pura-pura jalan kaki dari Medan ke Banyuwangi

Akting pura-pura kesusahan untuk mendapatkan belas kasihan juga pernah terjadi pada tahun 2018.

Saat itu seorang pria yang mengaku bernaama Amiruddin (43) mengaku berjalan kaki sejak 20 November 2018 dari Medan menuju Banyuwangi.

Ia mengaku pergi ke Banyuwangi untuk mencari ibunya.

Saat ditemui wartawan Kompas.com di Jombang pada Jumat (18/1/2018), Amir bercerita ia berasal dari Desa Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Begadai, Sumatera Utara. Jarak desanya sekitar 3 jam dari Kota Medan.

Pria kelahiran 11 November 1975 itu mengaku berjalan kaki dari Medan untuk menemui sang ibu yang tinggal di Desa Ketapang, Banyuwangi.

Di Serdang, menurut Amir, ia tinggal bersama kakak perempuannya. Namun saat tinggal di Serdang, ia lumpuh dan tak bisa berjalan dalam waktu cukup lama.

Amiruddin pun bernazar akan jalan kaki menemui ibunya jika sembuh dari sakit lumpuh yang ia derita.

Aksi jalan kaki yang dilakukan Amiruddin, viral di media sosial. Hingga akhirnya banyak relawan yang datang membantu Amir. Sebagian besar relawan adalah anggota komunitas atau grup di jejaring Facebook.

Di setiap kota, Amiruddin dikawal oleh relawan.

Bahkan Amir sempat diundang oleh Habib Hadi Zainal Abidin, pengasuh Pondok Pesantren Royadlus Sholihin di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kedemangan, Kota Probolinggo, yang juga merupakan Wali Kota Probolinggo terpilih, pada Kamis, 24 Januari 2019.

Namun keberadaan sang ibu yang disebut bernama Nur Aisyah dan tinggal di dekat masjid wilayah sekitar Pelabuhan Ketapang Banyuwangi tak kunjung ditemukan.

"Kami memiliki aplikasi sistem informasi simdes, administrasi desa dan kependudukan. Semua warga Desa Ketapang terdaftar termasuk jika ada yang meninggal, atau pindahan. Semua bisa diakses secara online, by name, by address," jelas Rahmadinata, Kepala Seksi Pemerintahan Desa Ketaoang, Senin (21/2/2019).

Ia mengatakan nama Nur Aisyah yang disebutkan Amiruddin tidak ditemukan dalam data penduduk Desa Ketapang yang berjumlah 20.089 orang.

Rahmadinata juga mencari di data penduduk yang sudah meninggal serta mencari secara manual dengan menghubungi RT/RW yang berada di wilayah Desa Ketapang terutama di wilayah pelabuhan penyeberangan.

"Kami tidak mendapatkan alamat detail keluarga Pak Amir. Hanya dari berita di media massa disebutkan jika rumah ibunya di dekat masjid Ketapang pelabuhan penyeberangan Ketapang Gilimanuk. Namun sudah kami sisir dan tidak ada nama yang disebutkan," jelasnya.

Mengaku bohong dan dapat bantuan Rp 75 juta dari relawan

Saat tiba di Desa Ketapang, Banyuwangi pada akhir Desember 2019, Amiruddin mengaku jika ia selama ini berbohong.

Ternyata ia tak memiliki keluarga di Banyuwangi. Sang ibu yang ia sebut bernama Nur Asiyah masih tinggal di Desa Mangga Dua, Kecamatan Tanjung Beringin, Sergai, Sumatera Utara.

Permintaan maaf tersebut disampaikan Amiruddin di Balai Desa Ketapang, Sabtu malam (26/1/2019).

"Sebenarnya saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya merasa bersalah kepada relawan se-Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang saya tuju di Banyuwangi. Saya hanya berjalan kaki dari Sumatera hingga ke Banyuwangi selama dua bulan lebih untuk nazar jika sembuh dari sakit," kata dia.

Ia juga menjelaskan selama berjalan kaki ia mendapatkan bantuan sekitar Rp 25 juta dan Rp 49 juta yang dia simpan ke rekening pribadinya.

Rencananya, uang tersebut digunakan untuk usaha setelah pulang ke kampung halamannya.

Sesuai dengan KTP yang dipegang, Amir tercatat sebagai warga Dusun III KP Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, dengan pekerjaan wiraswasta dan status perkawinan belum kawin.

"Tapi selama jalan kaki saya tidak meminta bantuan, termasuk tidak meminta untuk dikawal oleh para relawan. Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia. Sekarang saya hanya ingin pulang ke kampung saya," dalih dia.

Menurut Amir, ia tak menyangka banyak orang yang bersimpati padanya.

Saat menyampaikan permintaan maaf, ia sengaja menyebut Desa ketapang sebagai tujuan karena pernah memiliki teman kerja yang berasal dari Banyuwangi dan tinggal di belakang masjid dekat Pelabuhan Ketapang.

Amir kemudian dioper ke relawan lain di wilayah Besuki, Kabupaten Situbondo dan langsung dibawa ke Balai Desa Ketapang.

Slamet bercerita ia langsung membonceng Amir untuk menunjukkan rumah yang diakui sebagai rumah sang ibu. Namun alamat yang ditunjukkan Amir ternyata  fiktif.

Walapun Pak Amir melakukan kebohongan dengan menyebutkan ibunya tinggal di Desa Ketapang Banyuwangi, Slamet mengaku tidak mempermasalahkannya.

"Sekarang semuanya saya serahkan ke pihak yang berwajib. Dan, saya meminta agar semua relawan legowo dengan kebenaran ini. Bahkan ada yang sudah jauh-jauh datang dari luar kota Banyuwangi untuk datang ke Ketapang. Semoga terus terjalin silaturahmi," kata dia, Minggu (27/1/2019)

Sementara itu, Kapolsek Kalipuro AKP Jaenur Rofik saat dihubungi Kompas.com mengatakan, pihak kepolisian hanya meminta keterangan dari Amir.

Polisi juga belum menemukan tindakan yang mengarah ke tindak pidana karena selama ini pemberian bantuan ke Pak Amir bersifat sosial.

"Kalau ada yang merasa dirugikan ya silakan melapor. Tapi sementara ya hanya dimintai keterangan. Tadi malam juga nginap di Ketapang di rumah salah satu warga, jadi tidak kami tahan," katanya.

Setelah menjalani pemerikaan dan beristirahat beberapa hari di Banyuwangi, Amir pun dipulangkan warga dengan naik bus ke wilayah Sumatera Utara.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ira Rachmawati | Editor : Khairina, Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2022/02/05/074000778/kisah-amir-yang-pura-pura-mengaku-jalan-kaki-dari-medan-ke-banyuwangi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke