Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Imlek Warga Solo, Ziarah Makam Leluhur hingga Makan Lontong Cap Go Meh

Kompas.com - 29/01/2022, 09:06 WIB
Fristin Intan Sulistyowati,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi


SOLO, KOMPAS.com - Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing saat perayaan tahun baru Imlek, seperti halnya di Kota Solo, Jawa Tengah.

Sebelum pandemi Covid-19, perayaan Imlek di Solo biasanya diawali dengan gelaran Grebeg Sudiro berupa gunungan dari kue keranjang yang diarak sepanjang Jalan Sudiroprajan. 

Kemudian dilanjutkan pemasangan lampion, pesta kembang api, dan rentetan acara lainnya.

Namun, karena pandemi Covid-19 masih melanda, tahun ini perayaan Imlek di Solo mengalami perubahan. Termasuk gelaran Grebeg Sudiro yang tak lagi dilakukan sejak 2019. 

Baca juga: Kue Moho, Salah Satu Sajian Khas Imlek di Kota Solo

Pemasangan lampion dan pesta kembang api pun dilakukan secara terbatas pada tahun ini dengan hanya memasang 1.000 lampion. 

Meski demikian, warga Tionghoa di Solo tak meninggalkan tradisi dan masih berpedoman dengan perayaan Imlek secara terbatas.

"Tradisi Imlek di Solo itu masih memegang teguh tradisi tersendiri sampai detik ini meski tak semeriah tahun lalu," ujar pakar sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus Pengurus Bagian Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Kelenteng Tien Kok Sie Solo, Chandra Halim, kepada Kompas.com, Jumat (29/1/2022).

Berkunjung ke makam

Halim menjelaskan, tradisi yang masih dilakukan dan memiliki keunikan tersendiri bagi pecinan Kota Solo yakni berkunjung ke sanak saudara yang lebih tua di sepanjang perayaan Imlek.

"Bahkan ada satu style yang beberapa dari etnis Tionghoa di luar Kota Solo, kalau hari pertama, biasanya datang ke berkunjung ke rumah orangtua atau di rumah orang yang dituakan," jelas Halim.

Baca juga: Melihat Aksi Toleransi Jelang Imlek di Bandar Lampung

Kunjungan ke sanak keluarga tak hanya di hari pertama, tetapi berlanjut hingga hari ketiga.

"Tapi untuk hari kedua, beberapa orang Tionghoa Tua di Solo masih menggunakan tradisi yang sangat lama sekali bahwa di hari kedua Imlek sangat tabu untuk pai pai ke sanak famili yang masih hidup. Mereka justru pergi ke Ngebong (bongpay/makam Tionghoa) untuk pai pai pada leluhur yang sudah meninggal," jelasnya.

"Karena menurut kepercayaan orang-orang tua Tionghoa Solo, hari kedua merupakan Imleknya tahun baru yang sudah meninggal, ada kepercayaan itu," imbuh Halim.

Kemudian, pada hari ketiga hingga seterusnya, warga Tionghoa Solo bisa saling berkunjung kepada orang yang lebih tua.

Saat melakukan pai pai selama perayaan Imlek juga memiliki aturan dan artinya.

"Tangan mengepal di antara leher dan jantung, untuk teman sebaya atau balasan pai pai dari orang tua yang lebih muda. Lalu tangan mengepal di depan mulut memerikan hormat dari muda ke yang lebih muda," tuturnya.

Baca juga: Ikan Bandeng di Pasar Malam Rawa Belong Dipanen Khusus untuk Perayaan Imlek

Selain adanya perbedaan perayaan tersebut, warga Tionghoa Solo juga memiliki ciri khas makanan perpaduan kuliner perpaduan antara Jawa-Tionghoa berupa lontong Cap Go Meh.

Pada dasarnya, lontong Cap Go Meh tak jauh berbeda dengan lontong opor. Hanya saja, yang membedakan, kuah lontong Cap Go Meh menggunakan minyak kelapa yang disangrai enam jam. 

Lontong Cap Go Meh berisi lontong, suwiran ayam kampung, telur, bubuk kedelai, kuah terbuat dari minyak kelapa, sambal goreng, dan kerupuk.

"Lontong Cap Go Meh itu perpaduan budaya Solo Jawa dengan Tionghoa, bahkan kalau di luar Jawa, Lontong Cap Go Meh tidak ada," kata Halim.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com