Saat ini, satu butir telur dibeli oleh pengepul seharga Rp 1.000 hingga Rp 1.700 per butir. Pada puncak produktivitasnya, hasil telur dapat mencapai tingkat produktivitas hingga 90 persen.
Hasil penjualan telur selama masa produktif itu melampaui biaya pembelian pakan. Joni dan Yuna selalu menabung selisih uang tersebut.
Ketika bebek mereka memasuki usia 14 bulan dan mulai tidak produktif lagi, mereka menjual bebek itu seharga sekitar Rp 45.000 per ekor.
Hasil penjualan bebek afkir ditambah tabungan dari hasil penjualan telur mereka belikan bebek dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
"Dari awalnya 40-an ekor, waktu itu saya dapat menambah jumlah bebek saya menjadi 100 ekor," kata Joni.
Hal yang sama dilakukan Yuna yang sudah mulai memelihara bebek sejak kelas III SMA. Dan jumlah bebek mereka telah mencapai sekitar 450 ekor ketika kawanan pencuri itu menjarah hasil jerih payah kakak adik itu selama 1,5 tahun.
Baca juga: Seberangi Sungai dan Sawah, Komplotan Pencuri Spesialis Ternak Jarah Ratusan Bebek Milik Joni
Bagi Joni, ayah dari satu anak berusia satu tahun itu, bebek-bebek itu merupakan harapan masa depan keluarga kecilnya. Tidak banyak pilihan pekerjaan di luar sektor pertanian bagi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran Kabupaten Blitar.
Mimpi Joni, jumlah bebeknya akan terus bertambah hingga mencapai ribuan ekor. Dan mimpinya masuk akal karena untuk kebutuhan sehari-hari dipenuhi dari upah bekerja pada seorang perajin mebel di desanya.
Meski penghasilan dari pekerjaannya tidak menentu, Joni sejauh ini dapat terus memaksakan diri untuk tidak menggunakan uang hasil penjualan telur bebek kecuali untuk memperbesar populasi bebeknya.
Sementara Yuna membayangkan jika jumlah bebek miliknya dapat mencapai sekitar 1.000 ekor maka hasil penjualan telurnya akan cukup untuk biaya kuliah.
"Kehendak hati ingin memulai lagi dari nol, beli bebek beberapa puluh ekor. Tapi sekarang saya masih malas memikirkannya apalagi belum tahu modal awalnya dari mana," kata Joni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.