Setelah dilantik, Pattimura memilih pembantunya yang berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.
Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakuan penyerbuan ke Benteng Duurstede.
Berita mengenai jatuhnya Benteng Duurstede dan pemusnahan orang-orang Belanda oleh Pattimura mengoncangkan Pemerintah Belanda di Kota Ambon.
Gubernur Van Middelkoop dan Komisaris Engelhard mengutus militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi itu dikenal dengan Ekspedisi Beetjes.
Mengetahui hal tersebut, Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat yang berjumlah 1000 diatur pertahanan, mulai Teluk Haria memanjang sampai ke Teluk Saparua. Akhirnya, Pattimura bersama pasukannya mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Pada 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk menyatakan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Peringatan kebulatan tekad tersebut dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria. Proklamasi ini berisi 14 pasal dan ditanda tangani oleh 21 raja patih di Pulau Saparua dan Nusalaut.
Proklamasi ini menumbuhkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat sampai Maluku Utara.
Belanda tidak tinggal diam. Pada 11 November 1817 di bawah kepemimpinan Letnan Pietersen
di dampingi orang pengkhianat Pattmura berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.
Baca juga: Dampak Perjuangan yang Dilakukan Pattimura
Para tokoh akhirnya ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantung pada 16 Desember 1817 di Kota Ambon.
Atas jasa dan pengorbanannya, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional.
Jasa dan pengorbanan Pattimura melekat di tanah kelahirannya, Maluku Tengah.
Atas jasanya, nama Pattimura disematkan sebagai nama universitas, bandara, dan pernah diabadikan sebagai gambar uang Rp.1.000 yang diterbitkan Bank Indonesia.
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 2/25/PBI/2000 tentang pengeluaran dan peredaran uang rupiah pecahan 1.000 (seribu) tahun emisi 2000.
Uang yang berupa lembaran tersebut memuat gambar Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura yang di bagian bawahnya tertulis 'Kapitan Pattimura'.
Di baliknya , termuat gambar Pulau Maitara dan Tidore yang di bagian tengahnya terdapat gambar nelayan sedang menebarkan jala ikan.
Sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id, lib.litbang.kemendagri.go.id, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/25/PBI/2000
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.