NAGEKEO, KOMPAS.com - Aparat Kepolisian Resor Nagekeo, NTT, kembali mendatangi lokasi pembangunan waduk Lambo, di Desa Rendu Butowe, Kecamatan Asesa Selatan, Senin (13/12/2021).
Tiba di pintu masuk tepat di Dusun Roga Roga, aparat kepolisian telah diadang masyarakat adat yang didominasi ibu-ibu.
Mereka tak mengizinkan aparat kepolisian masuk ke lokasi
Ibu-ibu tersebut tetap kukuh memegang erat bambu yang dipasang untuk menghalangi aparat masuk.
Baca juga: Aparat Borgol Warga Terkait Pro Kontra Pembangunan Waduk Lambo, Ini Tanggapan Polda NTT
Ketegangan pun sontak terjadi. Aparat menarik paksa bambu-bambu yang tengah dipegang kuat oleh para ibu tersebut.
Ibu-ibu kemudian kembali melepaskan pakaian dan beraksi telanjang dada untuk menghentikan aksi dari aparat kepolisian tersebut.
Mereka juga nekat berdiri di atas pagar sambil bertelanjang dada dan berteriak melarang aparat masuk ke lokasi.
"Jangan masuk. Jangan masuk. Kami tidak izin memang," teriak ibu-ibu.
Mama Mince, salah seorang warga, menuturkan, para ibu-ibu tidak mengizinkan aparat kepolisian masuk ke lokasi pada Senin pagi.
"Sempat ada dialog. Kami tetap bersikeras melarang mereka masuk. Kami tetap berdiri tegak di gerbang sambil pegang bambu yang sudah dipasang," tutur Mama Mince kepada Kompas.com, Senin siang.
Akibatnya dua ibu terluka karena saling dorong dengan aparat kepolisian yang berusaha menarik paksa bambu-bambu tersebut.
"Satu ibu luka di hidung dan kakinya. Satu lagi luka di kaki saja," katanya.
Selain ada yang terluka, satu ponsel milik warga rusak. Pemilik ponsel yang tengah merekam peristiwa tersebut diduga didorong oleh seorang polisi.
"Dia lagi rekam, satu polisi datang lalu dorong dia. HP-nya jatuh dan rusak," ungkap dia.
Mama Mince mengaku kecewa dengan aparat kepolisian yang dianggap tidak menghargai masyarakat adat yang menolak lokasi pembangunan waduk Lambo.
Padahal, kata dia, aparat keamanan bertugas mengamankan masyarakat, baik yang pro maupun kontra.
"Ini kan tidak. Mereka datang hanya menindas kami yang tolak. Ini seolah-olah kami tidak punya hak atas tanah," katanya.
Ia meminta Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Listyo Prabowo turun tangan dengan menarik aparat keamanan dari lokasi tersebut.
Sementara itu pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait peristiwa tersebut.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda NTT Kombes Rishian Krisna telah menjelaskan bahwa di lokasi, masyarakat menutup akses jalan masuk pada saat petugas akan melakukan aktivitas pengukuran di titik as/poros Bendungan Lambo oleh PT Brantas Abhipraya.
Pengukuran itu, lanjut dia, guna mencocokkan titik koordinat dan titik elevasi di poros Bendungan Lambo.
Namun pihaknya mengaku mendapat perlawanan dari masyarakat, termasuk aksi bertelanjang dada dari ibu-ibu yang telah dilakukan pada 10 Desember lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.