BALI, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali menyoroti banjir yang terjadi di sejumlah titik Pulau Dewata pada Senin (6/12/2021).
Direktur Walhi Bali I Made Juli Untung Pratama mengatakan, selain cuaca ekstrem, minimnya ruang terbuka hijau akibat alih fungsi lahan diduga menjadi penyebab terjadinya banjir.
"Cuaca ekstrem tidak dapat dijadikan dalil terjadinya banjir, melainkan tata kelola lingkungan hidup yang buruk dan masifnya alih fungsi lahan menjadi penyebab utama terjadinya banjir yang tiap tahun intensitasnnya semakin tinggi," kata Pratama saat dihubungi, Selasa (7/12/2021).
Baca juga: PPKM Level 3 Saat Natal dan Tahun Baru Dibatalkan, Wagub Bali: Terima Kasih...
Pratama menjelaskan, berdasarkan data dari Walhi Bali, saat ini ruang terbuka hijau di Bali sudah kurang dari 30 persen.
Hal itu tentu mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Bali.
Ia mencontohkan, Kota Denpasar saja sudah kehilangan Subak Kreneng dan Subak Renon.
Hilangnya dua subak akibat alih fungsi lahan itu semakin memperburuk keadaan lingkungan untuk menata serta mendistribusi saluran irigasi.
"Sebab subak yang memiliki fungsi pemeliharaan saluran air kian hari kian menyusut jumlahnya," kata dia.
Pemprov Bali, lanjut dia, harusnya menjadikan peristiwa banjir tersebut bahan evaluasi untuk melakukan tata kelola lingkungan hidup yang lebih baik.
Dengan begitu, Bali akan terhindar dari bencana serupa di masa yang akan datang.
Baca juga: WNA Belanda di Bali Mengamuk dan Rusak Pintu Kaca Sebuah Toko
Ia bahkan mengkritik rencana Pemprov Bali yang saat ini tengah getol meloloskan proyek pembangunan jalan tol Gilimanuk - Mengwi.
Menurutnya, rencana itu hanya akan memperburuk keadaan.
Apalagi, Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Jembrana masuk dalam kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan sedang hingga tinggi.
"Dengan adanya rencana proyek tol Gilimanuk-Mengwi yang menggunakan lahan pertanian produktif dan kawasan hutan, mengurangi serapan air. Pada akhirnya justru berpotensi memicu banjir dengan intensitas yang lebih tinggi," pungkasnya.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 6 Desember 2021
Dua kawasan yang paling disorot akibat banjir adalah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Di Badung, sejumlah kawasan terpantau mengalami banjir pada Senin (7/12/2021) kemarin.
Sejumlah kawasan itu di antaranya Jalan Nakula 5 No 8 Legian, Kuta, Jalan Kunti 2 Seminyak, Kuta, Jalan Yudistira Sunset Road, Kuta, Jalan Tukad Mati, Kuta, Jalan Dewi Seri, Kuta Jalan Campuan Dewi Sri, Kuta, Jalan Dewi Sri 4, Kuta.
Selain Badung, banjir juga terjadi di Kota Denpasar.
Baca juga: Korban Hilang Saat Banjir dan Longsor di Lombok Barat Ditemukan Meninggal
Berdasarkan data BPBD Kota Denpasar, banjir terjadi di 14 titik yang tersebar di Kota Denpasar.
Di antaranya, Jalan Geria Anyar Nomor 88 Desa Suwung Kauh, Jalan Raya Sesetan, Jalan Antasura Utara Warung Mina, Banjar Sekah Jalan Bay Pass.
Jalan Antasura, PT Indonesia Power, Jalan Bay Pass Ngurah Rai Gang III seberang Indonesia Power dan Jalan Siulan.
Selain itu, banjir juga melanda Jalan Pulau Misol Gang I Nomor 5 tepatnya di SD 12 Dauh Puri, Perumahan Tegal Permai, Jalan Pemogan Gang Permata Hijau, Jalan Hangtuah Timur Plaza Renon, Jalan Paku Sari Nomor 104 dan Gang Cemara Nomor 10 Blok 10 Perumnas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.