Keberadaan dan kehidupan elang flores di Wolojita, kata dia, merupakan sebuah informasi yang sangat berharga dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya dunia ornitologi.
Sehingga, diperlukan instrumen pencatatan dan pengumpulan data yang tepat baik dari sisi teknik dan metode agar informasi tersebut dapat bernilai secara saintifik.
Model pemantauan, pencatatan, dan pelaporan aktivitas elang flores yang dilakukan oleh kelompok Jatabara merupakan bentuk citizen science.
Untuk itu, tim memberikan keterampilan dan peningkatan kapasitas kelompok dalam hal pencatatan data di lapangan dalam bentuk pelatihan penggunaan teropong, teknik fotografi burung, serta berbagai skills lainnya.
Untuk menguatkan citizen science ini, dibuat pula aplikasi mobile untuk mencatat data habitat, merekam informasi pohon penting, sarang bagi elang flores, serta simpul database pengamatan catatan perjumpaan.
"Selanjutnya kami juga melakukan ekoliterasi elang flores di SDK Wolojita," kata dia.
Baca juga: Perjuangan Siswa SD di Flores, Tempuh Perjalanan Laut 5 Jam demi Listrik dan Jaringan Internet
Kegiatan tersebut, kata dia, dimaksudkan untuk membangun pengetahuan dan kesadaran sejak dini mengenai burung elang flores.
"Kami membuat sebuah perangkat berupa activity book Elang Flores, sebuah media bergambar dengan ilustrasi menarik yang diselingi dengan aneka permainan di dalamnya," ujar dia.
Erwin mengatakan, antusiasme siswa dan tenaga pendidik begitu tinggi.
"Kami berharap ke depannya buku ini dapat dijadikan salah satu muatan lokal pendidikan konservasi yang berada di dalam kurikulum sekolah," kata Erwin.
Selanjutnya yang tak kalah penting lanjut Erwin, yaitu pihaknya telah melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya kelompok tenun ikat.
Pihaknya mendorong kelompok tenun ikat untuk membuat atau menciptakan motif baru yaitu motif elang flores.
Dengan terciptanya motif ini, pihaknya ingin mencoba menyinergikan, mengikat, dan menyatukan antara budaya dan pelestarian elang flores.
Motif elang flores yang berada di tenun ikat sebagai simbolisasi keterikatan yang kuat elang flores dan masyarakat.
"Kami juga perlu sampaikan bahwa kami juga telah mengomunikasikan karya tenun ikat motif elang flores ini kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi NTT (Dekranasda). Mereka siap untuk membeli tenun ikat motif elang flores karya mama-mama penenun dari Wolojita," ungkapnya.
Baca juga: Bocah 4 Tahun di NTT Tewas Tersetrum, Diduga Petugas Salah Pasang Kabel
Selain itu, kata Erwin, akan ada bantuan peralatan pemantauan elang seperti teropong binocular, kamera digital, GPS, serta sejumlah peralatan lainnya.
Alat dapat digunakan oleh masyarakat untuk memantau keberadaan dan aktivitas elang flores di Wolojita.
Erwin berterima kasih kepada sejumlah pihak, di antaranya Airnav Indonesia, Pemprov NTT, dan masyarakat yang telah berkenan bersinergi bersama untuk mewujudkan terlaksananya program adopsi sarang elang flores.
Baca juga: Perjuangan Citra, Guru di Wilayah 3T, Mengabdi Tanpa Pamrih di Pedalaman NTT