Sementara itu, secara virtual, Sekretaris Badan Standarisasi Instrumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nur Sumedi mengatakan, kehadiran kementerian merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap kelestarian salah burung pemangsa (raptor) yang paling terancam di Indonesia itu.
Sumedi mengatakan, elang flores kerap berkonflik dengan masyarakat. Burung ini kerap menerkam ayam-ayam milik masyarakat yang berkeliaran di kampung.
"Sesungguhnya itu terjadi karena sifat insting liar elang flores untuk berburu mangsa," imbuhnya.
Sang penguasa langit Pulau Flores itu kini terdesak kehidupannya, seiring dengan bertambahnya penduduk dan kebutuhan akan lahan untuk kepentingan manusia.
Baca juga: 1,8 Juta Warga NTT Belum Disuntik Vaksin Covid-19
Sumedi menyebutkan, banyak hutan atau daerah dengan tutupan vegetasi yang baik telah berubah fungsi dan wujudnya.
Ada yang menjadi permukiman, ladang, sawah, jalan, dan segala bentuk hasil karya manusia.
Sang elang kini kehilangan habitatnya, mereka terdesak dan akhirnya tidak ada pilihan lain untuk hidup beradaptasi berdampingan dengan manusia.
"Elang flores merupakan jenis oportunistik, artinya mereka memilih tempat hidupnya tanpa memandang apakah itu kawasan hutan yang baik atau kawasan di sekitar permukiman," kata Sumedi.
Baca juga: Kisah Hardyan, Teknisi yang Beralih Jadi Pengusaha Ayam Petelur di NTT, Omzetnya Puluhan Juta Rupiah
Selama lokasi tersebut menyediakan pakan yang berlimpah, mereka akan beradaptasi untuk mampu hidup pada lokasi-lokasi yang cukup ramai dengan aktivitas manusia.
Keberadaan elang flores di luar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam harus mendapat perhatian secara serius.
Hingga kini model pengelolaan elang flores di luar kawasan konservasi belum pernah disusun.
"Oleh karena itu, melalui penelitian dan pengembangan adopsi sarang diharapkan mampu menghasilkan sebuah protokol atau tandar pengelolaan satwa liar khususnya burung terancam punah dengan melibatkan masyarakat sebagai aktor utama atau ujung tombak pelestarian," ujar Sumedi.
Dia berharap, kegiatan hari ini akan berdampak signifikan terhadap upaya pelestarian elang flores.
Baca juga: Pria Alami Gangguan Jiwa Bacok Nenek 74 Tahun di NTT hingga Tewas
Grand launching ini bermanfaat sebagai sarana mengenalkan, mengomunikasikan, dan menarik perhatian publik, sekaligus deklarasi bersama antara berbagai stakeholder untuk turut mendukung pelestarian elang flores di Kabupaten Ende.
Diharapkan pula, mampu menggugah berbagai pihak untuk turut serta secara aktif dalam program pelestarian elang flores, khususnya di wilayah Kabupaten Ende.
"Kita berharap, terlibatnya stakeholder terkait untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan adopsi sarang elang flores, seperti BUMN, BUMD, perusahaan swasta maupun pihak perorangan," kata dia.
Bupati Ende Djafar H Achmad mengapresiasi kegiatan pengembangan adopsi sarang burung elang flores yang terancam punah.
Pemerintah daerah Ende, kata Djafar, berkomitmen bersama semua pihak untuk tetap menjaga kelestarian elang flores dari kepunahan.
,
"Saya mengajak para camat, kepala desa, mosalaki (tokoh adat) dan masyarakat Ende untuk kita berkomitmen menjaga elang flores dari kepunahan. Karena burung ini hanya hidup di daerah kita," kata dia.
Djafar pun memerintahkan stafnya untuk memasukkan dalam kurikulum muatan lokal di sekolah.
"Burung ini langkah itu tidak datang sembarang. Saya ingin ke depan Elang Flores ini juga dijadikan sebagai ikon pariwisata Kabupaten Ende, selain Danau Kelimutu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.