BANYUWANGI, KOMPAS.com - Luluk Faizatul Annisa (40) merupakan salah satu kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang mengabdi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Minimnya honor yang didapat tidak menghentikan langkahnya mendampingi dan memantau kondisi ibu hamil dan balita.
Di Posyandu Dahlia 2, Dusun Kebonsari, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, dia dan 4 orang kader lain saat ini memiliki sasaran sekitar 60 balita dan belasan ibu hamil di kampungnya.
Mulai menjadi kader Posyandu tahun 2006, dia mengaku mendapatkan honor Rp 200.000 per tahun.
"Kalau yang dulu itu satu pos jadinya Rp 1 juta rupiah, dibagi 5 orang itu jadi Rp 200.000 untuk satu orang satu tahun," kata Luluk, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Kamis (25/11/2021).
Luluk sedang menghadiri Festival Posyandu Kreatif (FPK) 2021, bersama 2.000 kader lain, dalam pertemuan daring dan luring.
Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi menggelar acara tersebut sebagai apresiasi kepada total 10.000 kader posyandu di Banyuwangi.
Luluk menceritakan, saat di posyandu, kader melayani pendaftaran, pengukuran tinggi dan berat balita, bahkan memasak dan menghindangkan makanan bergizi untuk balita.
Di luar itu, pihaknya bertanggung jawab mengumpulkan informasi terkini mengenai kondisi para ibu hamil dan balita di wilayahnya.
"Mencatat bumil-bumil itu. Nanti bumil yang risiko tinggi, misalnya yang diameter lengannya kurang, kalau ada risiko kesehatan dilaporkan ke puskesmas, nanti ada bantuan susu, atau bantuan lain," kata Luluk.
Dia menuturkan, awalnya tak ada keinginan menjadi kader posyandu.
Namun, posyandu yang berada di dekat rumahnya kekurangan tenaga dan memintanya membantu.
Kader posyandu yang lama sudah terlalu tua. Sementara tuntutan pekerjaan, pencatatan data, semakin kompleks.