Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Memahami Gaya Komunikasi "Parkir Mobil" ala Gibran

Kompas.com - 26/11/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karena Gibran mungkin merasa komunikasinya tidak setara dengan Satpol PP, atau dia sengaja memilih strategi pengawasan konvensional di luar metode birokrasi, maka aparatus-aparatus itu diganti dengan mobil dinas.

Dengan menghadirkan kendaraan dinas, Gibran memantik warga untuk memahami (lantip) terhadap sanepo atau ungkapan, isyarat atau pesan yang ingin disampaikan Wali Kota Solo: jangan macam-macam selama Gibran memimpin mereka.

Seperti kata Haryatmoko (2016) bahwa sistem panoptik diterapkan agar efek kontrol bisa dirasakan oleh warga atau orang-orang yang menjadi subjek kontrol.

Efek dari kontrol yang diharapkan adalah sistem hubungan kekuasaan menjadi total tetapi fisik pejabat atau penguasa tidak hadir sosoknya.

Pejabat atau penguasa hadir dalam momentum tertentu saja. Sosoknya bisa diwakilkan atau direpresentasikan oleh simbol tertentu.

Targetnya, pelaksanaan kekuasaan atau kontrol kekuasaan lebih murah secara ekonomi, tidak diwujudkan dalam fisik kehadiran aparatus, dan memaksimalkan manfaat sarana simbolik, pedagogi, militer, industri, dan lain-lain.

Apakah model komunisi dan kontrol Gibran efektif? Ini persoalan tersendiri.

Terlepas efekif atau tidak, Gibran ingin menunjukkan bahwa dia ada di mana-mana. Dia hadir dalam setiap masalah. Dia bisa mengatasi setiap masalah dengan caranya sendiri.

Terdapat indikasi Gibran ingin menerapkan manejemen one man show. Dia layaknya pengusaha yang ingin melibatkan dirinya dalam setiap peristiwa secara detail dari awal hingga akhir.

Dia seolah melupakan bahwa sebagai wali kota ia memiliki modal sumber daya manusia yang bisa menangani, mengontrol, dan mengeksekusi peristiwa atau kasus-kasus dalam masyarakatnya.

Karena latar belakang pengusaha itu maka dia ingin tahu dan melaksanakan detail-detail urusan birokrasi, termasuk problem sosial semacam kasus kriminal di Solo.

Apakah efektif kepemimpinan demikian? Waktu yang akan membuktikan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com