Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat Penentuan UMK di Makassar Diwarnai Kericuhan, Buruh Memaksa Masuk

Kompas.com - 23/11/2021, 14:44 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

KOMPAS.com- Kericuhan mewarnai rapat penentuan Upah Minimum Kota (UMK) Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (23/11/2021).

Sejumlah buruh yang semula berdemonstrasi di depan Kantor Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Makassar, lokasi rapat penentuan UMK, memaksa masuk ke ruang Dewan Pengupahan.

Mereka ingin dilibatkan dalam rapat penentuan UMK yang berlangsung secara tertutup.

Dalam rapat itu ada Kepala Dinas Tenaga Kerja Makassar, Nielma Palamba, perwakilan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Makassar, perwakilan asosiasi buruh, dan pemangku kepentingan lainnya.

Baca juga: UMP Sulsel 2022 Ditetapkan Sebesar Rp 3.165.876

Sebelum memaksa masuk ke ruang rapat itu, sejumlah buruh sudah berdemonstrasi di depan Disnaker Makassar sejak 10.30 Wita.

Mereka menolak penetapan upah berdasarkan formula Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 Tahun 2021 dan meminta dicabutnya Undang-undang (UU) No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

Jendral Lapangan, Taufik, mengatakan UU Omnibus Law atau UU Cipta Kerja yang telah disahkan pada 5 Oktober 2020 merupakan bentuk penjajahan modern.

Setahun sejak ditetapkan, UU ini sangat merugikan rakyat terutama kaum buruh.

"Penetapan upah minimum yang menggunakan formula PP 36 di nilai tidak memiliki landasan hukum karena UU Cipta Kerja saat ini sedang digugat di Mahkamah Konstitusi," tegasnya.

Baca juga: ART di Makassar Diduga Dianiaya Majikan, Korban: Paling Sering Tangan Dipukul dan Dikata-katai

Mereka juga merasa miris dengan rata-rata kenaikan upah minimum tahun ini yang hanya berkisar 1,09 persen.

UMP yang ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan dianggap terlalu kecil dan tidak cukup untuk kebutuhan hidup layak.

Bahkan hanya memberikan proteksi kepada pengusaha ketimbang pekerja.

Padahal, berdasarkan survei yang dilakukan di Kota Makassar, hasil dari merancang kebutuhan hidup layak berada di angka Rp 4.481.285.

Sesuai dengan 64 komponen dan jenis kebutuhan hidup layak berdasarkan Permenaker No, 18 Tahun 2020.

Sedangkan kata dia, upah di Kota Makassar saat ini angkanya berada sangat jauh dari angka kebutuhan hidup layak.

Baca juga: Tipu Mahasiswa dengan Modus Percepat Wisuda, Dosen di Makassar Diburu Polisi

Sampai saat ini, dewan pengupahan maupun pemerintah tidak pernah mengumumkan kebutuhan hidup layak yang seharusnya menjadi acuan penetapan upah minimum.

Untuk itu, demonstran yang menamakan diri Aliansi Perjuangan Rakyat menyatakan sikap menolak upah murah.

Kemudian kenaikan Upah Minimum sebesar 10 persen.

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Rapat Penentuan UMK Makassar 'Ricuh', Buruh Paksa Masuk di Ruang Rapat Dewan Pengupahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com