Sugihan Jawa dan sugihan Bali
Secara singkat pengertian Sugihan Jawa adalah hari sebagai pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia atau disebut Bhuana Agung.
Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.
Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk nyomia atau menetralisir segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Merajan, dan rumah.
Pada upacara Ngerebon ini, di lingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa akan menghaturkan banten semampunya.
Biasanya untuk wilayah pura akan membuat Guling Babi untuk haturan yang nantinya setelah selesai upacara dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat sekitar.
"Sugihan Jawa biasanya dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang," kata Sudiana.
Setalah melaksanakan Sugihan Jawa, Umat Hindu akan melaksanakan Sugihan Bali yang memiliki makna penyucian atau pembersihan diri sendiri.
Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.
Upacara ini digelar setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
Hari Penyekeban ini memiliki makna mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
Baca juga: Indonesia Badminton Festival Digelar di Bali, 840 Personel Polda Diterjunkan
Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.
Sedangkan hari Penyajan memiliki makna untuk memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan.
Menurut kepercayaan, kata Sudiana, pada hari tersebut umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan.
Hari Penyajan dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.