BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi salah satu narasumber dalam "Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions In Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions In Indonesia” di KTT Pemimpin Dunia COP26 Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).
Dalam kesempatan itu, dia memaparkan hasil revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Baca juga: COP26 Glasgow, Kremlin Bantah Komentar Biden yang Sebut Rusia Tidak Serius karena Putin Absen
Emil, sapaan Ridwan Kamil, menyampaikan kepada dunia bahwa Sungai Citarum bukan lagi sungai terkotor di dunia.
Baca juga: COP26: 19 Negara Setop Biayai Proyek Bahan Bakar Fosil di Luar Negeri
Hal itu berkat upaya yang dilakukan dalam konsep penanganan Citarum Harum yang menggunakan pola pentaheliks.
Baca juga: Profil Ridwan Kamil
Pemerintah melibatkan akademisi, pengusaha, media, dan komunitas untuk saling bersinergi dan berkolaborasi.
“Hasilnya penanganan lebih efektif. Setelah tiga tahun, Citarum bukan lagi sungai terkotor dan kami bisa menjelaskan dan membuktikan data-datanya. Berkat pentaheliks ini, semua merupakan tanggung jawab bersama,” ujar Emil, dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (3/11/2021) malam.
Menurut Emil, penanganan Citarum lebih gencar dan masif sejak terbit Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Satgas Citarum Harum kemudian menerjemahkan ke dalam 12 program strategis, mulai dari penanganan limbah domestik, industri, dan penegakan hukum dilakukan guna membuktikan bahwa penanganan Citarum itu tidak main-main.
Dalam penanganan sampah plastik misalnya, Jabar menerapkan circular economy di mana dari sampah plastik masyarakat maupun pengusaha dapat keuntungan finansial.
Selain bank sampah, di Jabar pun telah memiliki pabrik pengolahan botol plastik yang dihasilkan botol air mineral kembali.
Pabrik tersebut tidak hanya menerima botol air mineral dari wilayah Jabar saja, tetapi juga dari Bali dan juga Sulawesi Selatan. Pasalnya pabrik pengolahan botol air mineral tersebut hanya satu-satunya di Indonesia.
Emil berharap, ke depan semua provinsi memiliki pabrik daur ulang botol plastik air minum.
“Kami juga memastikan mengedukasi masyarakat agar jangan takut untuk membeli botol minuman dari botol daur ulang,” ucapnya.
Partisipasi masyarakat
Salah satu komunitas lingkungan yang mendukung Satgas Citarum Harum adalah Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang juga mengapresiasi apa yang disampaikan Gubernur di forum internasional tersebut.