Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Napi Mengaku Dianiaya di Lapas Narkotika Yogyakarta, Ini Tanggapan Kemenkumham

Kompas.com - 02/11/2021, 08:38 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Oknum petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika II A Yogyakarta diduga melakukan kekerasan dan penganiayaan kepada sejumlah warga binaan.

Hal itu terungkap setelah beberapa mantan warga binaan melapor ke Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sementara itu, Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) DIY Gusti Ayu Putu Suwardani mengaku belum mendapatkan laporan terkait hal tersebut.

Baca juga: Disiksa Petugas Lapas Narkotika Yogyakarta, Mantan Napi Melapor ke Ombudsman

Suwardani berjanji akan segera turun tangan menyelidiki laporan itu dan terus berkoordinasi dengan ORI.

"Kita akan komunikasi terlebih dahulu, lalu kita tindak lanjuti kalau memang ada seperti itu. Insya Allah kita tindak lanjuti sesuai dengan aturan yang berlaku," jelas dia.

Baca juga: Penyelidikan Kasus Penemuan Sabu di Lapas Blitar Dihentikan, Ini Alasannya...

Kesaksian para mantan napi

VT menunjukan bekas luka akibat kekerasan di Lapas Kelas II A Yogyakarta, Senin (1/11/2021).TRIBUNJOGJA.COM/MIFTAHUL HUDA VT menunjukan bekas luka akibat kekerasan di Lapas Kelas II A Yogyakarta, Senin (1/11/2021).

Salah satu mantan narapidana Lapas Narkotika II A Yogyakarta berinisial VT (35) menceritakan, pada April 2021 dirinya dan 12 orang dianiaya oknum pegawai lapas menggunakan selang.

Menurut VT, tindakan itu dilakukan meskipun warga binaan tak melakukan kesalahan.

Tak hanya itu, VT menyebutkan bahwa alasan petugas memukuli karena kedua belas orang itu merupakan residivis

"Begitu masuk, tanpa ada kesalahan dipukuli pakai selang, diinjak-injak pakai kabel," kata Vincentius saat ditemui awak media di kantor ORI DIY, Senin (1/11/2021).

Saat itu, kata VT, tak semua orang yang dianiaya adalah residivis.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Pedagang Korban Penganiayaan Jadi Tersangka | Menwa UNS Resmi Dibekukan

Sel kering

Penyiksaan yang dialami VT tak berhenti. Dirinya juga pernah dijebloskan ke sel kering. Saat itu dirinya mengaku kebingungan karena tiba-tiba dibawa ke sel tersebut.

"Tanpa alasan yang jelas saya dimasukkan ke sel kering, sel kering itu tidak bisa dibuka selama lima bulan," ungkap dia.

Baca juga: 275 Orang di Lapas Narkotika Sleman Positif Covid-19, Berawal dari Sipir Hilang Penciuman

Menurut VT, tindakan para oknum petugas lapas sudah diluar batas kemanusiaan.

Salah satunya saat warga binaan yang baru pertama kali masuk lapas akan ditelanjangi dan disiram air.

"Kita ditelanjangi, disiram pakai air dan itu dilihat oleh semua staf," sebut VT.

Baca juga: Terungkap, Gulai Ayam Pesanan Napi Berisi Sabu

Pelayanan kesehatan buruk

VT juga menyoroti pelayanan kesehatan di lapas yang buruk. Akibatnya, salah satu warga binaan yang memiliki penyakit bawaan meninggal diduga karena kelalaian petugas.

"Dia sudah ada penyakit bawaan tapi kesehatannya tidak diperhatikan petugas. Dia ada penyakit paru, tapi tidak pernah dikeluarin, enggak pernah jemur, obatnya juga telat-telat. Cuma di RS beberapa hari dan balik ke lapas, dua hari meninggal," ungkap dia.

Lalu, selama mendekam di lapas, VT juga sering menyaksikan oknum petugas lapas sering mencari-cari kesalahan warga binaan dan menghukumnya.

"Kita enggak ada kesalahan tetapi tetap saja dicari-cari kesalahannya. Itu pemukulan hampir tiap hari, di blok juga jarang dibuka untuk kegiatan rohani," kata dia.

Baca juga: Tanpa Ada Kesalahan Dipukuli Pakai Selang, Diinjak-injak Pakai Kabel

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Gibran: Untuk Menyatukan Mantan Pemimpin

Soal "Presidential Club", Gibran: Untuk Menyatukan Mantan Pemimpin

Regional
Niatnya Berkonsultasi dengan Megawati Dinilai Tak Tepat, Gibran Buka Suara

Niatnya Berkonsultasi dengan Megawati Dinilai Tak Tepat, Gibran Buka Suara

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Awal Mula Perkenalan Suami di Cianjur Nikahi Istri yang Ternyata Laki-laki

Awal Mula Perkenalan Suami di Cianjur Nikahi Istri yang Ternyata Laki-laki

Regional
Kesal Kakinya Terinjak, Pemuda di Mamuju Tikam Seorang Pria

Kesal Kakinya Terinjak, Pemuda di Mamuju Tikam Seorang Pria

Regional
Bertemu Pj Gubernur Jateng, Bupati Arief Minta Ruas Jalan Provinsi di Blora Diperbaiki

Bertemu Pj Gubernur Jateng, Bupati Arief Minta Ruas Jalan Provinsi di Blora Diperbaiki

Regional
Pengerjaan 14 Proyek Perbaikan Jalan di Kebumen Dikebut, Mana Saja?

Pengerjaan 14 Proyek Perbaikan Jalan di Kebumen Dikebut, Mana Saja?

Regional
Kerangka Manusia Berpeci di Jalur Pendakian Gunung Slamet Berjenis Kelamin Laki-laki, Usianya 25 Tahun

Kerangka Manusia Berpeci di Jalur Pendakian Gunung Slamet Berjenis Kelamin Laki-laki, Usianya 25 Tahun

Regional
7 Pemuda Pemerkosa Remaja 15 Tahun di Babel Ditangkap

7 Pemuda Pemerkosa Remaja 15 Tahun di Babel Ditangkap

Regional
Gagal Menyalip, 3 Bocah yang Berboncengan Motor Tabrak Tiang Listrik, 2 Tewas

Gagal Menyalip, 3 Bocah yang Berboncengan Motor Tabrak Tiang Listrik, 2 Tewas

Regional
Diguyur Hujan Deras, Jalan Protokol di Nunukan Selatan Longsor

Diguyur Hujan Deras, Jalan Protokol di Nunukan Selatan Longsor

Regional
Peredaran Uang Palsu di Serang Terbongkar di Warung Madura

Peredaran Uang Palsu di Serang Terbongkar di Warung Madura

Regional
Alasan PDI-P Kebumen Usulkan Bambang Pacul Maju Jadi Cagub Jateng

Alasan PDI-P Kebumen Usulkan Bambang Pacul Maju Jadi Cagub Jateng

Regional
Ini Upaya Pj Gubernur Sumsel Kembalikan Status Bandara SMB II Palembang Jadi Bandara Internasional

Ini Upaya Pj Gubernur Sumsel Kembalikan Status Bandara SMB II Palembang Jadi Bandara Internasional

Regional
Jatuh Terpeleset dari Kapal, ABK Asal Brebes Tewas Tenggelam di Laut Jawa

Jatuh Terpeleset dari Kapal, ABK Asal Brebes Tewas Tenggelam di Laut Jawa

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com