Sementara itu, ahli manajemen bencana sekaligus Kabag Penelitian dan Pengembangan Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum (Forkadas C+), Willy Firdaus menuturkan, peringatan dini yang dikeluarkan BMKG harus disikapi secara serius oleh BPBD Karawang.
Jika tidak, dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat.
“Ketika BMKG mengeluarkan peringatan dini La-Nina, maka akan terjadi potensi peningkatan curah hujan. Peningkatan curah hujan berpotensi terjadi bencana banjir serta longsor di beberapa daerah yang memiliki risiko tersebut,” ungkapnya.
Willy meminta Pemkab Karawang juga mewaspadai titik rawan longsor di Kecamatan Tegalwaru, Pangkalan, dan Ciampel.
Sebab, tiga kecamatan itu memiliki dataran tinggi serta berbukit-bukit.
Sedangkan titik rawan banjir bandang berada di Kecamatan Tegalwaru dan Pangkalan.
Terutama yang memiliki alur sungai dari Pegunungan Sanggabuana seperti Cicangor, Cigeuntis, dan Ciomas.
"Sementara Kecamatan Ciampel juga harus diwaspadai banjir bandang dari arah perbukitan Kuta Tandingan, seperti sungai Cipatunjang dan Cisubah,” sambungnya.
Selain itu, kata Willy, luapan sungai yang berpotensi menyebabkan banjir juga harus diwaspadai.
Terutama di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat yang jadi langganan banjir karena luapan sungai Cidawolong dan Cisalak.
Adapula di perumahan Karaba dan Desa Wadas di Kecamatan Telukjambe Timur yang berpotensi banjir dari luapan Sungai Cikalapa.
Kemudian perumahan BMI Cikampek yang jadi langganan banjir karena luapan Sungai Cikaranggelam.
"Banjir genangan juga bisa terjadi di wilayah Kecamatan Rengasdengklok, terutama di Desa Kertasari dan Rengasdengklok Utara," ucap dia.
Ia mengingatkan, banjir pernah merendam 62 desa di 24 kecamatan di Karawang awal tahun 2021 lalu.
Padahal, rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang berada di angka 60 mm/hari.
Sementara itu, BMKG memperkirakan peluang hujan Kabupaten Karawang ada di angka lebih dari 50 mm pada bulan November minggu ke 3 dan 4 tahun 2021 ini.
Ia menyebutkan, akibat perubahan iklim, La Nina serta El Nino akan lebih sering terjadi.
Sehingga wilayah Indonesia umumnya akan sering terdampak cuaca ekstrem baik kekeringan maupun curah hujan tinggi.
Tinggi Muka Air (TMA) Citarum dari tahun ke tahun, 2010 dulu TMA Citarum sampai 13,10 Meter di atas Permukaan Laut (MDPL), 2014 naik jadi 13,35 MDPL dan tahun 2020 turun jadi 13,15 MDPL.
"Lalu tahun 2021 kemarin bulan Februari pecah rekor sampai 14,25 MDPL," ucap dia.
Banjir di Karawang yang diprediksi terjadi pada bulan Januari sampai Maret 2022, kata Willy, skalanya bisa jadi sama besar dengan banjir yang pernah melanda Karawang di awal tahun 2021.
Meskipun curah hujan ekstrem diperkirakan terjadi pada awal tahun 2022, Willy meminta BPBD Karawang tetap bersiap serta mempersiapkan diri dan seluruh komponen masyarakat Karawang untuk menghadapi situasi yang tidak terduga.
Seperti kegiatan normalisasi drainase, pemasangan early warning system (EWS) banjir, dan imbauan kepada masyarakat agar bergotong-royong membersihkan wilayah sekitarnya dari sampah yang akan menyumbat drainase atau sungai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.