Sementara pakaian adat Suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.
Berdasarkan Keputusan Kongres Kebudayaan Karo, 3 Desember 1995 di Sibayak International Hotel Berastagi, pemakaian merga didasarkan pada Marga Silima, yaitu:
1. Ginting
2. Karo-Karo
3. Peranginangin
4. Sembiring
5. Tarigan
Sementara sub marga dipakai di belakang marga sehingga tidak terjadi kerancuan mengenai pemakaian marga dan sub marga tersebut.
Berikut ini sub marga, sejarah, legenda, dan cerita Marga Ginting atau Merga Ginting dikutip dari website Kemdikbud:
1. Ginting Pase
Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase juga ada di Pak-Pak, Toba, dan Simalungun.
Ginting Pase dulunya mempunyai kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo mengatakan, anak perempuan (putri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya) ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
Untuk lebih jelasnya dapat di telaah cerita tentang Beru Ginting Pase.
2. Ginting Munthe
Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari Tongging, kemudian ke Becih, dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji Nembah dan terakhir ke Munthe.
Sebagian dari Merga Ginting Munthe telah pergi ke Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari Merga Munthe dari Toba ini kembali lagi ke Karo.
Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.
3. Ginting Manik
Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan Ginting Munthe. Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke Munthe, dan Kuta Bangun.
Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
4. Ginting Seragih
Ginting Seragih Menurut J H Neumann (Nuemann 1972 : 10), termasuk salah satu Merga Ginting yang tua dan menyebar ke Simalungun menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragih.
5. Ginting Sinisuka
Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak), kemudian berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru Benua.