Petugas di lapangan bersiaga untuk mengawasi dan mengingatkan protokol kesehatan.
Keberadaan mereka, bukan bertujuan untuk mengobrak atau menutup jualan para pedagang.
Karena itu, Eri juga berpesan agar petugas mengedepankan sikap persuasif ketika menemui pelanggaran prokes di lapangan.
"Maka saya sampaikan, jangan pernah (mengingatkan) pakai marah dan emosi. Karena bagaimana pun, itu wargaku. Warga Kota Surabaya yang butuh makan dan ekonominya gerak. Saya kembalikan ke warga. Tolong dijogo (dijaga) dengan pakai masker," ucap Eri.
Baca juga: Begini Upaya Dua Kepala Daerah di Surabaya Raya Capai PPKM Level 1
Saat berkeliling di sekitaran kawasan danau Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Eri mengaku menjumpai para pedagang kaki lima (PKL) yang kondisinya ramai pembeli.
Ia pun berpesan kepada para petugas di lapangan agar jangan diobrak, tapi diawasi dan diingatkan tentang prokes.
"Saya bilang ke teman-teman biarkan, ekonominya gerak, biar jalan. Tapi dijaga (prokes). Misal jualan di sini, itu yang dijaga. Bukan berarti ditutup. Tidak," ujar dia.
Eri menyatakan, bahwa pemerintah harus menggunakan pendekatan persuasif ketika menjumpai pelanggaran prokes.
Jangan sampai, ketika petugas menemui keramaian pedagang, kemudian langsung diobrak dan dilarang berjualan.
"Sudah waktunya ekonomi bangkit. Ojok sampe moro-moro gak oleh dodolan, ditutup kabeh (Jangan sampai tiba-tiba tidak boleh jualan, ditutup semuanya)," tutur Eri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.