BLORA, KOMPAS.com - Tercemarnya air Sungai Bengawan Solo yang diduga akibat limbah ciu sangat dirasakan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sungai tersebut.
Salah seorang pencari ikan di sungai tersebut, Sukimin mengatakan, bahwa tak ada lagi penghasilan yang didapat akibat tercemarnya air Sungai Bengawan Solo.
"Kalau sekarang ya kering (tidak ada penghasilan)," ucap Sukimin saat ditemui Kompas.com di Bengawan Solo, Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Sabtu (11/9/2021).
Baca juga: Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu, PDAM Blora Hentikan Pasokan Air ke 5 Kecamatan
Sambil menenteng jala, Sukimin mencari lokasi yang sekiranya terdapat banyak ikan. Namun, ketika jala ditebar, tak tampak ikan yang didapatkannya.
Sukimin mengatakan, sebelum adanya pencemaran limbah di Sungai Bengawan Solo, dirinya mampu meraup penghasilan hingga Rp 150.000 dalam sehari dengan mencari ikan.
"Hari-hari biasa penghasilan dari mencari ikan di Bengawan Solo ya ada Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu," ungkapnya.
Baca juga: Buntut Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu, Ada Fenomena Ikan Mabuk
Menurutnya, jenis ikan di Sungai Bengawan Solo yang banyak ditemukan di antaranya ikan gabus, ikan lele, ikan jendil, hingga ikan bader.
Namun, kini ikan-ikan tersebut sudah mabuk dan mati karena tercemar, sehingga tampak tidak segar untuk diambil.
"Kondisi ikannya enggak banyak lha, sudah pada mati semua, tercemar semua. Sebelumnya mau mencari ikan ya gampang," terang Sukimin.
Sukimin menjelaskan, fenomena ikan mabuk atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah pladu, akibat tercemar limbah hampir terjadi dua kali dalam seminggu.
"Fenomena pladu seminggu dua kali akibat pencemaran limbah. Kalau enggak pladu, mencari ikan ya banyaklah, kalau sekarang sepi," ujarnya.
Sebagai orang yang menggantungkan hidup di sungai tersebut, Sukimin berharap agar pemerintah melarang oknum-oknum yang membuang limbah di Bengawan Solo itu untuk bertanggungjawab agar tidak mengulanginya lagi.
"Harapannya ya dilarang membuang limbah di Bengawan Solo," ujar Sukimin.
Sementara itu, Kepala Desa Ngloram, Diro Beni Susanto membenarkan, banyak masyarakatnya yang mengeluh akibat tercemarnya air di Sungai Bengawan Solo.
"Secara otomatis juga mengurangi mata pencaharian warga kami untuk mencari ikan di Bengawan Solo," ungkapnya.
Bahkan, Diro mengungkapkan, tercemarnya air Sungai Bengawan Solo pada tahun ini sudah terjadi hampir selama sebulan ketika musim kemarau datang.
"Kondisi air saat ini begitu memasuki musim kemarau ini sudah berlangsung sekitar sebulan ke belakang, air kembali coklat pekat kehitaman. Kalau saat ini (air sungai) belum berbuih, tapi biasanya berbuih," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.