Sementara itu, Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Jawa Timur RM Wiwied Widodo tak menampik, hiu tutul yang terdampar di pantai Desa Paloh merupakan bagian dari kawanan yang terlihat di perairan utara Lamongan.
"Mamalia laut itu kan rata-rata hidupnya koloni. Kalau sendiri terdampar kan lepas dari koloni itu. Bisa karena usia tua atau menyimpang dari perilaku koloni, akhirnya hidup sendiri. Tapi bisa saja tertarik makanan yang ada di pinggir," kata Wiwied.
Wiwied membenarkan, peristiwa hiu tutul terdampar merupakan baru pertama kali terjadi di Lamongan. Namun, kejadian itu sempat beberapa kali terjadi di daerah lain.
Jika yang terdampar seekor hewan laut, bisa jadi terjadi karena beberapa faktor. Namun, jika dalam jumlah banyak, perlu penelitian lebih lanjut. Seperti fenomena terdamparnya puluhan paus yang terjadi di Pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan, pada Februari 2021.
"Kalau berbarengan, itu fenomena yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, contoh beberapa waktu lalu Paus yang ada di Madura. Itu satu koloni," tutur Wiwied.
Baca juga: Hiu Tutul Sepanjang 7 Meter Terdampar di Pantai Desa Paloh Lamongan, Sempat Jadi Tontonan Warga
Wiwied mengatakan, Paus dan kebanyakan mamalia laut termasuk hiu tutul, dilengkapi dengan sonar atau alat navigasi. Koloni akan bergerak mengikuti jalur sonar (navigasi track), butuh penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab hal itu berubah.
"Itu macam-macam penyebabnya, bisa seismik (gelombang tsunami), misalnya ada patahan di dasar laut yang menyebabkan sonar mereka berubah karena tekanan yang tinggi," kata dia.
"Bisa juga berubah karena kondisi alam yang tidak nyaman bagi mereka, atau bisa pula karena di jalur lama sumber makanan mulai berkurang sehingga mencari tempat baru," tambah Wiwied.
Namun, tak menutup kemungkinan kawanan mamalia laut itu berubah jalur karena kadar oksigen di atas perairan itu kurang bagus.
Sehingga, kawanan itu memutuskan mencari tempat baru yang dianggap memiliki kandungan oksigen lebih baik.
"Kalau mamalia laut kan ada fenomena mengambil oksigen ke atas. Ada indikasi kalau sampai keluar jalur, itu kan berarti sepanjang navigasi track udara itu bisa jadi kurang baik," kata Wiwied.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.