Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Perkembangan Kasus Tewasnya Prada Chandra | Fenomena Burung Pipit Berjatuhan di Bali

Kompas.com - 11/09/2021, 06:15 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Prada Chandra Gerson Kumaralo, seorang personel Batalyon Infanteri Raider 715/Motuliato, Gorontalo, Sulawesi Selatan, meninggal dunia pada 19 Juli 2021.

Ia diduga tewas di tangan seniornya. Kini, enam prajurit yang merupakan terduga tersangka ditempatkan di Instalasi Tahanan Militer Pomdam Xlll/Merdeka.

Setelah Polisi Militer Kodam Xlll/Merdeka melakukan penyidikan, berkas perkara kasus ini dilimpahkan ke Oditurat Militer IV-18 Manado.

Berita populer lainnya adalah seputar video viral fenomena burung pipit berjatuhan di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Video viral tersebut direkam oleh Kadek Sutika. Ia mengetahui kejadian tersebut sewaktu sedang berkendara menuju rumah temannya.

Namun, tiba-tiba hujan turun dengan lebat, sehingga Sutika putar balik kembali ke rumah.

Di saat itulah ia melihat gerombolan warga ramai-ramai di pekuburan untuk mengambil burung-burung pipit itu.

Berikut adalah berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com.

1. Penyebab kematian Prada Chandra

Danpomdam XIII/Merdeka Kolonel Cpm R.Tri CahyoDok. Danpomdam XIII/Merdeka Danpomdam XIII/Merdeka Kolonel Cpm R.Tri Cahyo

Kasus tewasnya Prada Chandra mendapat perhatian dari Pangdam XIII/Merdeka.

Komandan Pomdam XIII/Merdeka Kolonel Cpm R Tri Cahyo menjelaskan, Pangdam memerintahkan untuk membentuk tim investigasi internal yang bertugas mengusut kasus ini.

Tim tersebut terdiri dari Polisi Militer Kodam (Pomdam), Staf Intelijen Kodam (Sinteldam), Hukum Kodam (Kumdam), dan Kesehatan Kodam (Kesdam) dari Kodam Xlll/Merdeka.

Tri Cahyo mengatakan, penyebab meninggalnya Prada Chandra diduga karena terdapat kesalahan dan berlebihannya pola pembinaan yang dilakukan pelatih atau pembina kepada bawahan atau junior.

"Namun, karena pola pembinaan yang berlebihan dan kurang terkontrol hingga mengakibatkan almarhum Prada Chandra meninggal dunia pada saat melakukan kegiatan tersebut," ujarnya, Kamis (9/9/2021).

Baca selengkapnya: Prada Chandra Diduga Tewas di Tangan 6 Seniornya, Komandan Pomdam XIII/Merdeka: Tersangka Ditahan

 

2. Fenomena burung pipit berjatuhan di Bali

Ribuan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah viral di media sosial, Kamis (9/9/2021).Tangkapan layar Instagram @balibroadcast Ribuan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah viral di media sosial, Kamis (9/9/2021).

Peristiwa berjatuhannya burung pipit di Bali terjadi pada Kamis (9/9/2021). Kejadian tersebut sempat direkam oleh seorang warga, Kadek Sutika.

"Banyak sekali (yang jatuh dan mati), jumlahnya ribuan lebih," ucapnya, Jumat (10/9/2021).

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar Made Santiarka menyampaikan, kejadian burung pipit berjatuhan ini merupakan fenomena alam.

Ia menduga burung-burung tersebut berjatuhan karena tak kuat melawan cuaca ekstrem saat bertengger di pohon asem.

Sebelum kejadian tersebut, kata Sutika, burung-burung pipit itu bertengger di dua batang pohon asem di kuburan selama lima hari.

Baca selengkapnya: Kesaksian Perekam Video Viral Burung Pipit Berjatuhan di Bali: Jumlahnya Ribuan

3. Tak jalani hukuman tambahan usai bayar denda

Keluarga terpidana kasua narkoba membayar denda Rp 1 milliar kepada Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya, Jumat (10/9/2021).KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL Keluarga terpidana kasua narkoba membayar denda Rp 1 milliar kepada Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya, Jumat (10/9/2021).

Seorang narapidana kasus narkoba, Deny Wijaya, membayar denda sebesar Rp 1 milliar secara tunai kepada Jaksa.

Keluarga Deny menyerahkan uang tersebut kepada Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya, Jumat (10/9/2021).

Uang diterima Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya I Ketut Kasna Dedi. Dia menjelaskan, uang miliaran tersebut langsung dimasukkan ke kas negara.

Kasna menerangkan, usai membayar denda, Deny tak perlu menjalani hukuman tambahan selama satu tahun.

"Karena sudah membayar denda Rp 1 milliar, Deny tidak perlu menjalani hukuman tambahan yakni penjara 1 tahun," tuturnya, Jumat.

Baca selengkapnya: Usai Lunas Bayar Denda Rp 1 Miliar, Terpidana Ini Tak Perlu Jalani Hukuman Tambahan 1 Tahun Penjara

 

4. Kakek pengantar logistik ke warung Mbok Yem ditemukan meninggal

Hutan Gunung Lawu di sisi Timur tepatnya di perbatasan Desa Sukowidi dengan area perhutani terbakar Jumat siang sekitar pukul 09:30 WIB.KOMPAS.COM/SUKOCO Hutan Gunung Lawu di sisi Timur tepatnya di perbatasan Desa Sukowidi dengan area perhutani terbakar Jumat siang sekitar pukul 09:30 WIB.

Lelaki lanjut usia, Kakek Kadri, ditemukan meninggal dunia di Gunung Lawu, Selasa (7/9/2021).

Dia merupakan penyuplai sembako dan logistik lainnya bagi Warung Mbok Yem yang berada di dekat puncak Gunung Lawu.

Menurut kerabat korban, Saiful, Kakek Kadri telah menjalani profesinya itu selama kurang lebih 30 tahun.

Sebelum ditemukan meninggal dunia, Kakek Kadri sempat mengantar kayu bakar ke warung Mbok Yem.

Saat ditemukan, jasad pria 70 tahun itu sedang bersandar pada tebing setinggi dua meter, tak jauh dari puncak gunung.

"Kemarin ditemukan menyandar pada tebing tak jauh dari puncak Gunung Lawu, yang menemukan anaknya," terang Saiful.

Baca selengkapnya: Kisah Kakek Kadri, 30 Tahun Naik Turun Gunung Antar Logistik ke Warung Mbok Yem, Meninggal dengan Jasad Bersandar di Tebing

5. Senjata yang disita dari KKB bukan milik TNI

Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen Ignatius Yogo Triyono, menunjukan senjata api jenis M-16 yang dilengkapi dengan pelontar granat, yang berhasil diamankan oleh Babinsa Koramil 1715-05/ Batom dari dua anggita KKB, Jayapura, Papua, Rabu (8/9/2021)KOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen Ignatius Yogo Triyono, menunjukan senjata api jenis M-16 yang dilengkapi dengan pelontar granat, yang berhasil diamankan oleh Babinsa Koramil 1715-05/ Batom dari dua anggita KKB, Jayapura, Papua, Rabu (8/9/2021)

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Ignatius Yogo Triyono menyatakan lima senjata api yang disita dari dua anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) bukan milik TNI-Polri.

Hal tersebut diketahui dari nomor serinya. Dari situ diketahui bahwa senjata tersebut buatan Amerika Serikat yang diambil dari Bougenville, Papua Nugini.

"Ini bukan senjata dari TNI-Polri, jadi dipastikan ini dari luar, Bougenville, Papua Nugini (PNG)," bebernya dalam keterangan tertulis, Kamis (9/9/2021).

Sebelumnya, dua senjata api itu diamankan dari KKB di Batom, Pegunungan Bintang, Papua.

Yogo menuturkan, aparat masih mendalami hasil penangkapan itu dan mencari tahu siapa yang mendatangkan senjata api tersebut.

Baca selengkapnya: Bukan Milik TNI, 5 Senjata yang Disita dari KKB Ternyata Buatan Amerika dan Diselundupkan dari Papua Nugini

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Manado, Skivo Marcelino Mandey; Kontributor Surabaya, Achmad Faizal | Editor: Khairina, Pythag Kurniati, Priska Sari Pratiwi, Rachmawati)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Dorong Pemberdayaan Keluarga, Pj Ketua TP-PKK Sumsel Lantik Ketua Pembina Posyandu Kabupaten dan Kota Se-Sumsel

Kilas Daerah
Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Di Hadapan Mendagri Tito, Pj Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sudah Baik

Regional
Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Bea Cukai Yogyakarta Berikan Izin Tambah Lokasi Usaha ke Produsen Tembakau Iris

Regional
Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Blusukan ke Rusun Muara Baru, Gibran: Salah Satu Tempat yang Paling Padat

Regional
Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Pura-pura Servis Jam, Pasutri di Semarang Sikat HP Samsung S23 Ultra

Regional
4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

4 Kapal Ikan di Cilacap Terbakar, Kerugian Capai Miliaran Rupiah

Regional
3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

3.617 Wajib Pajak Magelang Gratis PBB, Berikut Syaratnya

Regional
Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Saat Doa Ibu Mengiringi Pratama Arhan Bertanding...

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam Berawan

Regional
Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Viral Keluhan Soal Kenaikan UKT Unsoed, Mahasiswa Merasa Ditodong

Regional
Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Utang Pelanggan PDAM Magelang Capai Rp 150 Juta, Banyak Rumah Kosong

Regional
Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Kronologi Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dicekik dengan Sabuk dan Dipukul Batu

Regional
Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Kepala LKPP Pastikan Belanja Pemerintah Prioritaskan PDN dan UMKK

Regional
Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com