Dari 15 orang tersebut, kini delapan di antaranya telah mandiri. Sedangkan tujuh lainnya masih bersama Siboen.
Ketujuh orang ini tidak lagi belajar, tapi menjadi partner dalam membuat konten.
Meski demikian, Siboen tetap menerima konsultasi apabila mantan muridnya memerlukan bantuan.
Mereka biasanya berkumpul di Taman K-Boen yang dijadikan sebagai basecamp.
Menurut Siboen, 15 orang tersebut kini hidup dari YouTube.
Baca juga: Kisah Ajeng Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 Tahun Berpisah
Ada yang menjadikan pembuatan konten YouTube sebagai penghasilan utama, ada juga yang sambilan.
"Subcriber-nya mereka sudah di atas 100.000 semua. Latar belakang mereka macam-macam, ada kuli bangunan, tukang jahit, tukang las, marbot, korban PHK pabrik di Jakarta, penjual cilok juga," ungkap Siboen.
Siboen melanjutkan, delapan muridnya yang telah mandiri kini juga mengikuti jejaknya.
Mereka membimbing beberapa orang lainnya yang tertarik menjadi YouTuber.
"Sekarang ada banyak YouTuber, di desa sini saja ada 22 orang mungkin. Walaupun mereka tidak belajar langsung kepada saya," ujar Siboen.
Konten mereka cukup variatif, seperti memasak, memancing, dan misteri.
"Untuk awal saya arahkan ke konten misteri, live. Setiap malam ke hutan bareng-bareng, dibagi beberapa tim, mereka gantian praktik," kata Sibeon.
Baca juga: Cerita Budi, Pasukan Perdamaian PPB Asal Kalbar Setahun Bertugas di Sudan
Siboen mengarahkan mereka membuat konten misteri, karena lebih mudah untuk memenuhi jam tayang dan mendulang subcriber. Selanjutnya akan diarahkan sesuai minatnya masing-masing.
Siboen mengaku kemampaunya membuat konten YouTube didapatkan secara otodidak. Ia belajar berbagai hal tentang YouTube di Google.
"Sekarang saya juga masih membimbing orang, tapi tidak kolosal seperti dulu. Satu-satu, ikut saya, kemudian dilepas, terus seperti itu," ujar Siboen.