Salin Artikel

Dituduh Lakukan Pesugihan, Siboen Akhirnya Membuat Kampung YouTuber (3)

Di desa yang berjarak sekitar 17 kilometer arah barat daya ibu kota kabupaten di Purwokerto ini, kini terdapat banyak pemuda yang menjadi YouTuber.

Mereka mengikuti jejak Siswanto (38) alias Siboen Nugroho, warga setempat sebagai YouTuber sukses yang pernah mendapat penghasilan mencapai Rp 150 juta.

Siboen mengatakan, awalnya tidak berpikir untuk membuat Kampung YouTuber.

Nama tersebut justru disematkan dari orang luar yang melihat fenomena banyaknya YouTuber di desanya.

"Karena masalah adanya opini saya sukses dan tajir karena pesugihan, maka saya ajak warga desa untuk menjadi YouTuber. Monggo barangkali berkeinginan berusaha di Youtube saya siap membimbing," tutur Siboen.

Namun tawaran tersebut tidak serta merta mendapat respons dari warga setempat.

"Awalnya justru anak-anak desa lain yang datang ke saya. Mereka sudah menjadi YouTuber, tapi tidak berhasil," kata Siboen.

Hampir setiap hari, rumah Siboen didatangi para pemuda desa lain untuk belajar membuat konten YouTube.

Perlahan, pemuda desa setempat penasaran dan mulai datang ke rumah untuk belajar membuat konten YouTube.

"Pemuda sini mulai merapat, total 65 orang jadi murid saya waktu tahun 2019. Namanya seleksi alam, jumlahnya berkurang jadi 33 orang, kemudian berkurang lagi jadi 15 orang," ujar Siboen.

Mereka tidak hanya berasal dari desa setempat, tapi juga dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat.

"Untuk sukses menjadi YouTuber bukan faktor pendidikan, tapi karena malas, tidak mau kerja keras, banyak mengeluh. Tersisa 15 orang, mereka yang konsisten dan punya potensi," kata Siboen.

Ketujuh orang ini tidak lagi belajar, tapi menjadi partner dalam membuat konten.

Meski demikian, Siboen tetap menerima konsultasi apabila mantan muridnya memerlukan bantuan.

Mereka biasanya berkumpul di Taman K-Boen yang dijadikan sebagai basecamp.

Menurut Siboen, 15 orang tersebut kini hidup dari YouTube.

Ada yang menjadikan pembuatan konten YouTube sebagai penghasilan utama, ada juga yang sambilan.

"Subcriber-nya mereka sudah di atas 100.000 semua. Latar belakang mereka macam-macam, ada kuli bangunan, tukang jahit, tukang las, marbot, korban PHK pabrik di Jakarta, penjual cilok juga," ungkap Siboen.

Siboen melanjutkan, delapan muridnya yang telah mandiri kini juga mengikuti jejaknya.

Mereka membimbing beberapa orang lainnya yang tertarik menjadi YouTuber.

Konten mereka cukup variatif, seperti memasak, memancing, dan misteri.

"Untuk awal saya arahkan ke konten misteri, live. Setiap malam ke hutan bareng-bareng, dibagi beberapa tim, mereka gantian praktik," kata Sibeon.

Siboen mengarahkan mereka membuat konten misteri, karena lebih mudah untuk memenuhi jam tayang dan mendulang subcriber. Selanjutnya akan diarahkan sesuai minatnya masing-masing.

Siboen mengaku kemampaunya membuat konten YouTube didapatkan secara otodidak. Ia belajar berbagai hal tentang YouTube di Google.

"Sekarang saya juga masih membimbing orang, tapi tidak kolosal seperti dulu. Satu-satu, ikut saya, kemudian dilepas, terus seperti itu," ujar Siboen.


Sementara itu, Kepala Desa Kasegeran Saefudin mengatakan, sebagian pemuda yang mengikuti jejak Siboen kini penghidupannya lebih baik.

"Sekarang ikut menjadi YouTube, dengan penghasilan di atas profesi sebelumnya. Sekarang sudah ada beberapa yang meninggalkan profesi awal, seperti pekerja kasar," kata Saefudin.

Dia menceritakan, dahulu mengirim Siboen menjalani pelatihan di Panti Regabilitasi Sosial Antasena, Magelang, Jawa Tengah, karena dianggap anak nakal.

"Bukan dalam arti nakal seperti judi, berkelahi, mencuri atau miras, itu tidak, tetapi nakal dalam hal ini jarang pulang ke rumah. Kemudian saya ajak ngobrol, kemudian dia ingin punya keterampilan khusus, sehingga saya kirim ke Magelang, itu tahun 2000," ujar Saefudin.

https://regional.kompas.com/read/2021/09/08/125748578/dituduh-lakukan-pesugihan-siboen-akhirnya-membuat-kampung-youtuber-3

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke