Dikutip dari Surya.co.id, Intan Andari pernah bertugas di Asmat, Papua. Mengenakan sandal jepit, ia berkeliling Asmat mencari warga yang membutuhkan bantuan kesehatan.
Ditemani kawan yang merupakan relawan gereja, ia membawa obat-obatan standar, stetoskop, serta timbangan.
"Teman saya itu bukan dokter, tapi saya suruh membantu dengan menumbuk puyer," ujarnya ketika ditemui di kediamannya daerah Manyar, Surabaya, Sabtu (12/1/2019).
"Kalau berkunjung ke distrik memang saya seringnya blusukan, jadi meskipun seorang dokter, pakainya baju santai seperti ini. Tidak enak rasanya kalau pakai jas, jas dipakai saat di rumah sakit saja," tuturnya.
Baca juga: Peran Gus Dur Ubah Nama Irian Jadi Papua dan Bantu Biaya Kongres Rakyat Papua
Intan mengatakan, awalnya ia hanya ingin berkunjung ke Asmat untuk melakukan riset terkait buku barunya.
Dalam buku tersebut, Intan ingin membahas tentang isu-isu kesehatan, utamanya bagi perempuan Asmat.
Menurut penerima Hibah Perempuan Pekerja Seni Cipta Media Ekspresi 2018 itu, sudah banyak penulis yang menceritakan Asmat dari sisi sosial maupun HAM. Namun jarang yang menulis tentang soal kesehatan di Asmat.
"Tetapi sepertinya ini keuntungan saya sebagai seorang dokter, karena saya jadi bisa mengangkat cerita dari bidang kesehatan. Dokter jadi penulis kan juga jarang, jadi ya saya ingin mengangkat dari sisi tersebut," jelasnya.
Baca juga: Sejarah Irian Barat hingga Bergabung ke Indonesia
Ia bercerita pernah bertemu seorang pria Asmat yang meyakini jika sudah sekali mengunjungi Asmat, pasti akan kembali lagi.
Hal tersebut terbukti. Dokter Intan kembali ke Asmat untuk bertugas sebagai dokter.
"Benar saja, saya sore ini berangkat lagi ke sana. Tidak lagi sebagai periset, tetapi sebagai dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap). Saya akan bertugas di sana, RSUD Agats, selama satu tahun," katanya sambil tertawa.
Ini bukan kali pertama Intan menjadi dokter PTT di pelosok Indonesia. Sebelumnya, ia betugas di Halmahera Selatan, tepatnya di sebuah puskesmas bernama Maffa.
"Bertugas di daerah membuat saya ingin mengangkat kisah-kisah sosial di sana, cerita-cerita yang mungkin belum didengar orang. Penulis itu kan berproses ya, saya tidak ingin karya saya begitu-begitu saja. Saya ingin pembaca tidak hanya terhibur, tetapi juga mendapat informasi penting dengan membaca karya saya," terangnya.
Baca juga: Daftar 20 Jenis Ikan Bersirip yang Dilindungi, dari Pari Sungai Tutul hingga Arwana Irian