TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Petani cabai di Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami kerugian sampai ratusan juta akibat cuaca buruk selama beberapa pekan terakhir dan harga jual di pasaran anjlok sampai 100 persen.
Semula harga cabai nomal bisa sampai Rp 25.000 per kilogram di pasaran turun drastis menjadi Rp 12.000 per kilogram sejak penerapan PPKM mulai Juli sampai akhir Agustus 2021.
Panen cabai di lahan petani pun banyak yang gagal akibat cuaca tak menentu kadang sepekan hujan terus menerus dan terkadang cuaca panas tak menentu.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah di Jakarta Barat Turun 20 Persen
Meski demikian pasokan cabai masih relatif normal di beberapa pasar tradisional Tasikmalaya seperti di Cikurubuk, Pancasila, Padayungan, Manonjaya sampai Singaparna.
"Cabai hasil bertani di lahan milik saya harganya anjlok sampai 100 persen saat dijual di pasaran. Belum lagi kita para petani rugi akibat gagal panen karena cuaca buruk, ditambah lagi pembelian konsumen berkurang akibat penerapan PPKM yang sangat terasa sekali oleh masyarakat selama ini. Kerugian bisa sampai ratusan juta Pak," jelas Heriyadi (42), pedagang cabai di Pasar Cikurubuk sekaligus pemilik lahan cabai di Tasikmalaya kepada wartawan, Jumat (27/8/2021).
Baca juga: Fakta di Balik Lord Adi, Petani Cabai dan Pernah Tinggal 30 Tahun di Malaysia
Harga cabai terus anjlok sejak PPKM Darurat
Heriyadi menambahkan, penurunan harga cabai terjadi dua kali selama dua bulan terakhir sejak diterapkan PPKM Darurat sampai lanjutan berlevel sampai saat ini.
Harga normal di pasaran Rp 25.000 awalnya turun menjadi Rp 17.000 sampai sekarang menjadi Rp 12.000 per kilogramnya.
"Para petani sebagai pemasok pun ada di wilayah Ciamis. Hampir semua petani cabai di wilayah itu mengalami kerugian besar yang selama ini hasil taninya dikirim ke pasar-pasar wilayah Tasikmalaya," ujar dia.Baca juga: Kisah Yanuarius, Pensiunan Guru yang Memilih Jadi Petani Cabai, Raup Omzet Puluhan Juta
Biaya produksi Rp 8.000 dijual Rp 12.000 per Kg, petani alami kerugian besar
Selama ini, para petani di wilayahnya memiliki biaya pokok produksi rata-rata per pohon cabai mencapai Rp 8.000.
Setiap pohon mampu menghasilkan paling sedikit 1 kilogram panen cabai.
"Dengan cuaca buruk satu pohon cabai hanya maksimal 8 Ons saja. Sesudah itu pas dijual harganya lagi anjlok di pasaran. Para petani mengalami kerugian besar sampai saat ini," tambah dia.
Meski para petani mengalami kerugian selama ini, lanjut Heriyadi, hasil panen seadanya dengan harga jual anjlok tersebut masih dikirim untuk dipasok ke beberapa wilayah sebagian besar ke Tasikmalaya dan sisanya ke Ciamis dan Banjar serta Pangandaran.
Hal itu, demi menutupi kebutuhan hidup sehari-hari para petani karena selama ini menjadi satu-satunya andalan penghasilan bagi para petani cabai.
"Semua petani sekarang memang mengalami kebingungan. Sudah harga anjlok, cuaca buruk dan hasil panen tak maksimal tetap dijual meski harga murah demi kebutuhan hidup para petani di kondisi pandemi seperti ini," kata Heriyadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, Firmansyah mengatakan, kebutuhan bahan pokok selama ini tetap aman bagi warga dan tidak terjadinya kenaikan.
Namun, untuk sekarang komoditas cabai memang tengah mengalami penurunan secara drastis dan kebutuhan tersebut masih melimpah.
"Untuk beras masih aman dalam waktu tiga bulan dan sejauh ini ada beberapa kebutuhan masih merangkak naik seperti tomat dan sayuran kol. Tapi harga telur, daging ayam, daging sapi, gula pasir, terigu, minyak, bawang merah, putih dan lainnya masih stabil. Karena, pasokan dari berbagai daerah masih melakukan pengiriman ke sejumlah pasar. Cuma cabai saja yang harganya turun drastis," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.