SOLO, KOMPAS.com -Kasus penipuan berkedok investasi atau arisan online bodong dalam beberapa pekan terakhir marak terjadi di Jawa Tengah.
Dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Akhmad Ramdhon mengatakan, maraknya penipuan berkedok arisan online bodong karena minimnya literasi dan akses sumber pendanaan yang resmi.
"Problem utamanya lebih pada minimnya literasi dan akses terhadap sumber-sumber pendanaan yang resmi atau bisa dipertangungjawabkan," kata dia dihubungi Kompas.com, Senin (23/8/2021).
Baca juga: Cerita Sulastri, Rela Gadaikan Sertifikat Tanah demi Ikut Arisan Online Fiktif di Blora
Pandemi Covid-19 juga telah mengubah terhadap kebiasaan masyarakat untuk beradaptasi dengan digital.
"Beban pandemi kemudian menstimulasi berbagai upaya untuk mengakses berbagi bentuk layanan yakni arisan online maupun pinjaman online," tambah dia.
Memberikan edukasi literasi akan dapat membantu masyarakat dalam mencari informasi akurat sehingga mereka tidak menjadi korban penipuan berbasis digital.
"Transformasi digital kita sangat masif. Pandemi memaksa kita beradaptasi total dengan berbagai skema digital, budaya kita masih terus menyesuaikan situasi tersebut," ungkap dia.
Baca juga: Kesaksian Korban Arisan Online Fiktif di Blora, Rugi Ratusan Juta hingga Gaji Suami Jadi Korban
Di sisi lain, kekhawatiran pada problem administrasi dan birokrasi menjadikan masyarakat mencari jalan pintas.
Padahal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mengembangkan berbagai bentuk layanan jasa keuangan.
"Tapi tetap saja akses pada sistem ilegal juga tidak kurang-kurang. Pengawasan menjadi semakin krusial dan mesti diikuti dengan literasi yang masif. Termasuk lewat media," ungkap dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.