Lalu dilanjutkan aksi penangkapan pemuda dan orang-orang dicurigai pro pejuang kemerdekaan RI.
Yanuar mengatakan, kala itu, pemuda pejuang Selayar protes dan melakukan konsolidasi kekuatan.
Pada Rabu 13 Februari 1946 berdatanganlah pejuang dari beberapa kampung di antaranya, Polebunging, Karajaang dan Barugayya.
Saat itu, berkumpullah sekitar 700 orang pemuda pejuang Selayar di Tugu Amris.
"Strategi penyerangan dibahas dan ada tiga jalur yakni jalur barat, jalur tengah dan jalur timur. Strategi selanjutnya menyerang penjara untuk membebaskan beberapa pemuda Selayar, yang ditangkap oleh tentara Belanda. Puluhan yang ditangkap di antaranya Abdul Rauf Rahman, Muh Tayeb Impi dan Zaenal Husain," ujar dia.
Sekitar pukul 03.00 Wita, pertempuran dimulai ditandai dengan tembakan pistol, lalu disusul gemuruh takbir sambari menyerbu titik serangan.
Baca juga: Detik-detik KKB Sergap Patroli TNI, Langsung Menembak, Letda Rudi Sipayung Terluka
Selain itu, para pejuang membawa badik, tombak, bambu runcing, dan parang.
Tentara NICA membalas serangan pejuang Selayar, dengan senapan mesin dan tembakan meriam dari kapal.
Balon besar ditembakkan dari kapal ke udara menyinari seluruh kota Benteng, sehingga menghambat gerak maju pejuang Selayar.
Sebab, arena pertempuran berada dalam jangkauan cahaya, yang memudahkan tentara mengarahkan tembakan kepada mereka.
Pertempuran itu, lanjut Yanuar, menjelang terbit Matahari belum juga usai dan target merebut benteng pertahanan NICA belum tercapai.