Samijo berjanji bakal memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
"Mohon maaf kalih Bapak Presiden, mohon maaf kalih Gubernur, mohon maaf kalih Bapak Bupati, mohon maaf kalih bapak polisi, mohon maaf kalih bapak Dandim. Lha kulo badhe memperbaiki lampah kulo sing mboten pantes dirungokke wong," urai Samjio, Kamis (12/8/2021).
Ia mengakui bahwa selebaran provokatif itu merupakan idenya.
"Lha wong niku mboten jarak kok, mungkin pemahaman itu ndadak, dadi mboten diancang- mboten (ide tersebut tidak disengaja, pemahaman dadakan, dan sehingga tidak direncanakan sebelumnya)," bebernya di Mapolres Blora.
Baca juga: 24 Penyebar Selebaran Provokatif di Blora Punya Pemahaman Semua Aset Negara Warisan Nenek Moyang
Rohmat, orang yang membantu menuliskan ide Samijo, juga meminta maaf atas perbuatan dirinya dan rekan-rekannya.
Dia menyatakan, hal tersebut merupakan kesalahan dan kekhilafan.
Selain itu, Rohmat turut mengajak masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dengan selebaran-selebaran yang memancing emosi.
Kepala Polres Blora AKBP Wiraga Dimas Tama menjelaskan, selebaran provokatif itu berasal dari paham yang dianut oleh para terduga pelaku.
"Mereka mempunyai ide dan gagasan terkait paham yang mereka miliki yaitu semua aset negara sumber daya alam, pertanian, pertambangan dan sebagainya itu merupakan milik nenek moyang," sebutnya, Kamis.
Dalam paham itu, mereka ingin merebut kembali aset-aset tersebut.
"Jadi mereka berupaya untuk mengambil alih kembali kemudian mempunyai pemikiran seperti itu dan dituangkan dalam surat edaran ajakan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan anarkis yang direncanakan dilaksanakan pada Jumat Legi besok," paparnya.
Baca juga: Kronologi Penyebaran Selebaran Provokatif Berbahasa Jawa di Blora, Berawal dari Ajakan Dukun Desa
Wiraga menuturkan, 24 orang itu akan dibina. Mereka juga dikenakan wajib lapor ke kepolisian.
"Jadi pembinaan yang pertama kita memberikan arahan kemudian kita akan memberikan kebebasan, kemudian sifatnya wajib lapor, supaya mereka kembali ke masyarakat, sudah tidak lagi memegang paham-paham yang mereka anut sekarang ini, dan mereka sudah bertobat dan tidak akan melakukan lagi kegiatan-kegiatan seperti ini,” tandasnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Blora, Aria Rusta Yuli Pradana | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.