Bowo menceritakan, ide awal pembuatan minuman ini karena bahan baku jahe jenis emprit dan merah di daerahnya melimpah.
Ia berinisiatif mengolah dan mengembangkan rempah ini menjadi minuman serbuk.
"Di sini banyak petani yang menanam jahe emprit dan jahe merah, biasanya mereka menjualnya langsung ke pasar. Kemudian kami berinisitif bagaimana mengolah dan mengembangkan jahe ini agar bisa bernilai lebih, dengan membuat jahe bubuk," terang Bowo.
Baca juga: Ada Permintaan dari Jerman, Bangka Belitung Gencarkan Produksi Jahe Merah
Ada empat jenis olahan jahe yang ia produksi, yakni Jahe Original, Jahe Madu, Jahe Gula Aren, dan Jahe Merah.
Cara pembuatannya pun sederhana, jahe yang sudah dikupas dan dicuci bersih lalu diparut.
Air parutan jahe selanjutnya direbus dicampur gula dan rempah-rempah hingga menjadi kristal.
Aneka bubuk dijual dijual dalam kemasan berisi 250 gram dengan harga berbeda tiap jenis.
Untuk harga Jahe Original Rp 15.000 per kemasan, Jahe Madu dan Jahe Merah Rp 25.000 per kemasan, sedangkan Jahe Aren Rp 18.000 per kemasan.
Baca juga: Pandemi Corona bagi Petani Jahe, Awalnya Membawa Berkah, Kini Bikin Gundah
Dalam sehari, ia biasa memproduksi hingga 3 kilogram jahe bubuk yang dikemas menjadi 12 kemasan.
"Untuk proses produksi ini, kami berdayakan perempuan di sekitar kami. Kalau ada pesanan, kami produksi sampai sore hari," imbuh Bowo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.