BLITAR, KOMPAS.com - Belasan pedagang suvenir di kompleks Makam Presiden Soekarno (Bung Karno) di Kota Blitar memasang bendera merah putih di depan kios mereka, Senin (9/8/2021).
Aksi tersebut merupakan wujud doa dan harapan agar pemerintah segera membuka pintu kunjungan ke Makam Bung Karno yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka.
Mereka mewakili ratusan pedagang lain memasang bendera merah putih di depan kios suvenir yang terletak di bagian belakang atau utara dari Makam Bung Karno.
Terdiri dari pedagang laki-laki dan perempuan, para pedagang juga menempel beberapa poster kertas berisi tuntutan dan harapan mereka.
"Kami hidup dari adanya Makam Sang Proklamator. Makanya kami gunakan bendera merah putih dalam aksi ini," ujar Muhamad Nursito, salah satu pedagang yang melakukan aksi tersebut, Senin.
Beberapa di antara poster itu berbunyi, "para pedagang kaliren maneh (para pedagang kelaparan lagi) PPKM", "jangan menyerah karena corona, Indonesia merdeka 76 tahun", dan "Kami butuh makan".
Baca juga: Pendamping PKH Jadi Tersangka Korupsi, Risma: Sudah Dapat Honor, Tak Ada Alasan Memotong Bantuan
Menurut Nursito, aksi mereka didukung penuh oleh pedagang lain di sebelah Makam Bung Karno yang membentuk menyerupai pasar.
Berbeda dengan pedagang suvenir yang memiliki toko di pinggir jalan Ir Soekarno, ujarnya, para pedagang di kompleks pasar suvenir itu sepenuhnya bergantung pada kunjungan peziarah ke Makam Bung Karno.
Usai berziarah ke Makam Bung Karno, mereka akan melewati pintu keluar dan menyusuri lorong-lorong di mana para pedagang suvenir menjajakan dagangannya.
"Kalau Makam ditutup ya tidak akan ada pembeli," ujarnya.
Bentuk satgas penegak protokol kesehatan
Pedagang lain, Panut mengatakan, kebanyakan pedagang di kompleks pasar suvenir Makam Bung Karno menggantungkan kebutuhan sehari-hari mereka dari berjualan.
Menurutnya, banyak di antara mereka yang selama ini berdagang hari ini untuk kebutuhan makan esok harinya.
"Makam sudah ditutup sejak akhir Juni. Maka banyak dari kami sekarang yang sudah mulai makan dagangan, makan modal," kata Panut.
Panut mengatakan, dirinya sudah lanjut usia, 67 tahun, dan anak-anaknya sudah mandiri.
Namun, tambahnya, banyak pedagang yang usianya jauh di bawah dirinya dan memiliki tanggungan keluarga yang besar dan tidak bisa ditunda.
Panut maupun Nursito mengakui para pedagang baru-baru ini mendapatkan bantuan berupa beras sebanyak lima kilogram per kios.
Namun, katanya, bukan bantuan seperti itu yang diharapkan para pedagang.
Baca juga: Kronologi 3 Pemuda Rusak Ambulans Puskesmas, gara-gara Tak Diberi Uang Rp 5.000 dan Dipukul Sandal
Nursito menambahkan, sebenarnya penggunaan bendera merah putih dalam aksi tersebut juga dimaksudkan agar pemerintah memberikan kemerdekaan kepada para pedagang untuk ikut mengatur pelaksanaan protokol kesehatan di area usaha mereka.
"Kami mohon Makam ini segera dibuka dan kami akan memastikan bahwa protokol kesehatan akan kami jaga termasuk kami akan pastikan para pengunjung juga mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.
Nursito menambahkan, pemasangan bendera merah putih juga merupakan wujud keinginan mereka untuk mendapatkan optimisme menghadapi situasi ini.
"Kami berharap kita bisa merdeka dari Covid-19, dalam arti kita bisa berdagang mencari nafkah," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.