MAUMERE, KOMPAS.com - Tak lama lagi Indonesia akan memperingati hari kemerdekaan yang ke-76. Namun, di usia yang tak muda itu, masih ada masyarakat yang kesulitan mengakses berbagai fasilitas, khususnya di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hingga kini, masih ada warga yang belum bisa menikmati infrastruktur jalan yang memadai. Dampaknya, mereka tak pernah menggunakan jasa transportasi angkutan umum.
Seperti yang dialami seorang ibu hamil bernama Marta Bara di kampung Wolowajo, Dusun Pemonati, Desa Wolorega, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
Ia terpaksa melahirkan di tengah jalan saat berusaha menuju puskesmas terdekat pada Rabu (4/8/2021) sekitar pukul 10.00 Wita.
Salah satu keluarga Marta, Serfasius Mosa, menceritakan, Marta diperkirakan melahirkan pada 20 September. Perkiraan tanggal lahiran itu berdasarkan hasil pemeriksaan di Kota Maumere pada Juli.
Marta dan suaminya yang tinggal di Kota Maumere itu memutuskan pulang ke kampung halaman sembari menunggu kelahiran anak ketiga mereka. Alasannya, tak ada keluarga yang tinggal di Kota Maumere.
Baca juga: 22 Santriwati Positif Covid-19, Ponpes Putri di Kota Blitar Ditutup Sementara
Namun, Marta mulai merasa kesakitan pada Selasa (3/8/2021). Keesokan harinya, ia pun mengajak sang suami pergi ke fasilitas kesehatan terdekat yang berjarak sekitar 15 kilometer.
Bersama sang suami dan beberapa tetangga, Marta menuju pukesmas terdekat dengan berjalan kaki. Hal itu terpaksa dilakukan karena buruknya akses jalan penghubung di desa itu.
Namun, setelah berjalan kaki sekitar tujuh kilometer, Marta tak kuat lagi. Ibu itu melahirkan anak ketiganya di jalan.
“Sekitar tujuh kilometer sudah mereka jalan kaki, ibu itu tak mampu lagi untuk berjalan dan meminta untuk istirahat. Lebih kurang 30 menit kemudian sang bayinya lahir di jalan itu. Ia lahir tanpa bantuan tenaga medis," kata Serfasius kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (9/8/2021).
Serfasius menceritakan, suami Marta sempat menghubungi petugas medis Puskesmas Paga untuk membantu proses persalinan. Namun, bayi telah lahir saat petugas tiba di lokasi.
Perjuangan ibu itu tak sampai di situ. Setelah melahirkan, Marta harus berjalan kaki sekitar 700 meter menuju jalan raya untuk menumpang kendaraan roda empat.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju puskesmas untuk mendapat perawatan emdis.
"Sampai saat ini, kondisi ibu dan sang bayi selamat dalam keadaan sehat," ungkap dia.
Menurut Serfasius, peristiwa seperti itu sering terjadi. Hal ini disebabkan minimnya fasilitas kesehatan di desa.
Selain itu, buruknya infrastruktur jalan sehingga tidak ada kendaraan yang berani melewati jalan menuju desa itu.
Baca juga: Kronologi 3 Pemuda Rusak Ambulans Puskesmas, gara-gara Tak Diberi Uang Rp 5.000 dan Dipukul Sandal
“Peristiwa seperti ini sudah berulang kali. Kendaraan roda empat tidak bisa masuk, bisa masuk hanya roda dua, tapi harus butuh tenaga juga untuk turun dorong lagi di beberapa titik. Persyaratannya pengendara harus punya nyali kuat. Kalau tidak punya nyali, lebih baik jangan paksa,” ujarnya.
Serfasius pun berharap pemerintah bisa membuka mata terhadap kondisi yang dialami masyarakat di wilayahnya itu.
"Akses jalan ini yang sangat mendesak bagi kami di wilayah ini. Semoga pemerintah memperhatikan infrastruktur ke wilayah kami," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.