Teras Cihampelas, dulu sempat dipuji Jokowi
Ii menyadari bahwa teras Cihampelas sebetulnya memiliki daya tarik wisata yang menyedot pengunjung untuk datang. Namun, dampak pandemi tak terelakan ditambah pembatasan mobilitas warga oleh pemerintah yang melarang warganya untuk sementara tidak berkerumun dan datang ke ketempat ramai.
Pengunjung Teras Cihampelas pun mulai sepi, hal itu tentu berdampak pada penjualan para pedagang di Jembatan yang sempat dipuji Presiden Joko Widodo tersebut.
"Dari segi penjualan tentu turun drastis, bahkan saya bisa tak dapat penghasilan meski buka dari pagi sampai sore. Sekarang mah minimal Rp. 20.000 saja sudah untung," ucapnya.
Meski sepi, Ii tetap ber- ikthiar membuka kiosnya tetap berjualan, ia percaya meski jalan ditutup, pengunjung sepi, rejeki sudah diatur tuhan yang maha kuasa. "Ya saya mah pasrah, giman yang diatas," ucapnya.
Namun, ia tetap memanjatkan doa berharap kondisi pandemi cepat berlalu dan kembali normal, pasalnya wabah covid mencekik kehidupannya sehari-hari.
"Sebagai pedagang ya pandemi ini sih tentu musibah buat kami," tuturnya.
Kalau pun dapat bantuan dari pemerintah, ia gunakan untuk modal kembali berjualan, karena jika dipakai makan sehari-hari malah habis hanya dalam waktu singkat. "Kalau dipakai jualan kan bisa bertahan beberapa hari kedepan," pungkasnya.
Dari 192 kios yang ada di teras Cihampelas, kata Ii, hanya empat kios saja yang masih bertahan. "Disini itu ada kios kuliner dan souvenir, semuanya tutup, cuman empat saja yang buka. Mereka tutup karena gak ada pembeli," ujarnya.
Kondisi serupa pun dialami pemilik kios lainnya Supadi (57) yang juga mengalami kondisi krisis seara penjualan. Omsetnya menurun drastis sejak awal pandemi tepatnya pembatasan dilakukan pemerintah setempat.
Jika pada hari normal bisa mencapai Rp.300.000 per harinya, kini Supadi hanya dapat untung Rp.50.000 saja. "Dapat Rp.100.000 saja susah," ucapnya.