KOMPAS.com - Saat pemerintah Indonesia kewalahan menangani pandemi Covid-19, gerakan masyarakat bermunculan untuk membantu warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman).
Pengamat mengatakan gerakan warga itu mengatasi masalah yang seharusnya sudah diantisipasi oleh pemerintah.
Ketika keluarga salah satu teman dekatnya terkena Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri, dokter Riyo Pungki Irawan menyadari bahwa ada banyak pasien isoman yang tidak terpantau.
Baca juga: Sediakan Makanan Murah di Tengah Pandemi, Warung Ini Jual Soto Ayam Rp 2.000 Per Porsi
Dokter kesehatan anak yang berbasis di Yogyakarta itu memutuskan untuk membuka layanan konsultasi kesehatan gratis, dan mencantumkan nomor WhatsApp pribadinya di Twitter.
Sejak membuka layanan telemedicine pada tanggal tujuh Juli, sudah sekitar 800 orang yang meminta konsultasi, kata dokter Riyo. Ia dihubungi begitu banyak orang, sehingga akhirnya mengajak rekan-rekannya sesama dokter untuk membantu.
Kepada BBC News Indonesia, dokter berusia 24 tahun itu menjelaskan bahwa ia hanya melayani konsultasi medis, dan tidak melayani permintaan ambulans dan suplai obat.
Baca juga: Cerita Pemuda di Pamekasan Blusukan ke Rumah Warga Isoman, Bagikan Sembako hingga Masker
Menurutnya, banyak pasien isoman minum obat tanpa pengawasan dokter.
"Rata-rata pasien sudah minum obat duluan, tanpa pengawasan, tanpa tahu bahwa sebenarnya ini tidak butuh, karena banyak broadcast dari grup WhatsApp dan sebagainya tentang obat ini-itu. Jadi kita membenarkan terapinya," kata dokter Riyo.
Sang dokter mengatakan bahwa dengan inisiatif ini, ia bermaksud memperkuat sistem pelayanan kesehatan yang sudah ada.
Baca juga: Warung Bubur Ayam di Semarang Tiap Hari Gratiskan Ratusan Porsi untuk Warga yang Isolasi Mandiri
Pemerintah telah menggandeng 11 platform telemedicine untuk membantu para pasien isoman namun, saat pandemi di Indonesia sedang parah-parahnya, permintaan untuk konsultasi pun membludak.
"Jadi kita membantu menambah dokternya saja supaya obat-obat yang sudah didistribusikan memang tepat penggunaannya," ungkapnya.
Di Purwakarta, Jawa Barat, seorang petani bernama Djoky Haryadi membagikan beras hasil panennya sendiri kepada anggota komunitasnya yang tengah menjalani isolasi mandiri. Ia juga membantu menyuplai vitamin dan mencarikan tabung oksigen.
"Kebetulan pas panen harga gabah kering hanya diterima Rp3000 rupiah, saya bagikan saja ke teman-teman sebagai amal saleh," katanya kepada BBC News Indonesia.