Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPKM Darurat Jabar, Ridwan Kamil: BOR Turun, tapi Mobilitas Masyarakat Masih Tinggi

Kompas.com - 12/07/2021, 19:36 WIB
Dendi Ramdhani,
I Kadek Wira Aditya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melaporkan, Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 mulai turun pada hari ke-10 Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Sebelum PPKM Darurat, BOR di Jabar mencapai 90,69 persen. Data terbaru, Senin (12/7/2021), BOR di Jabar turun menjadi 87,6 persen.

Menurut Emil, sapaan akrabnya, penurunan BOR itu disebabkan hadirnya pusat pemulihan dan ruang isolasi di desa.

Baca juga: Ridwan Kamil: Mohon Maaf, Seluruh Warga Jabar...

"Isolasi di hotel, pusat pemulihan itu juga terjadi penurunan khususnya di BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia), di sana dari 90 persen turun ke 60 persen, isolasi di hotel juga sama tidak ada kelas khusus," ucap Emil dalam konferensi pers virtual.

Meski demikian, ia mengakui mobilitas masyarakat selama PPKM Darurat masih tinggi.

Baca juga: Petugas Pemikul Jenazah Minta Rp 4 Juta ke Keluarga Jenazah Pasien Covid-19, Ridwan Kamil: Sudah Dipecat

 

Emil menuturkan, berdasarkan analisa tingkat mobilitas warga, mayoritas daerah di Jabar masuk kategori kuning atau mobilitasnya berkisari diangka 20-30 persen.

Bahkan, ada tiga daerah di Jabar yang mobilitasnya masuk kategori hitam atau tak terkendali.

"Nah, kita mayoritas sudah ada di angka 23 persen tapi masih ada tiga wilayah yang tentunya belum terkendali yaitu Depok, Kabupaten Sukabumi dan Kota Bandung. Ini dari sisi mobilitas masih kurang dari 10 persen. Tujuannya, tadi makin tinggi penurunan mobilitas maka pengendalian bisa jauh lebih baik," tuturnya.

Kemudian, Emil memaparkan pada hari ke-10 PPKM Darurat, tercatat ada 7.700 pelanggaran di mana mayoritas didominasi pelanggaran perorangan.

"Kalau perorangan rata-rata dia tidak pembawa surat negatif Covid-19 dan makan di tempat juga masih mendominasi. Kalau pelaku usaha termasuk yang saya sidak, ada yang melanggar aturan jam operasional dan ada yang tidak menyediakan prokes dan juga 100 persen aktivitasnya," jelasnya.

 

Soal warga isolasi mandiri

Emil juga menyoroti soal banyaknya laporan warga meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Meski tak memaparkan data, Emil mengakui hal tersebut.

"Betul, makanya kalau membicarakan presentase itu jabar selalu punya potensi paling banyak karena penduduknya juga 50 juta, ngomongin bansos paling banyak kemudian ngomongin yang harus divaksin juga banyak," ungkapnya.

Ia menambahkan dirinya berupaya agar tidak banyak pasien yang isolasi mandiri meninggal dunia.

"Sehingga dalam kondisi begini jumlah yang punya potensi fatalitas juga sedang meningkat, walaupun secara presentase fatality rate di jabar itu sekarang masih di bawah nasional yaitu 1,43 persen. Nah itulah maka supaya tidak banyak pasien isoman yang meninggal dunia," kata Emil.

Karena itu, ia meminta para kepala daerah lebih rajin berkominikasi dengan aparat di kewilayahan untuk memastikan kondisi tiap warga yang sedang isolasi mandiri.

"Kita ada obat gratis dan saya sudah perintahkan. Saya saat rapat agar bupati dan wali kota melakukan pengecekan melalui RT dan RW, kemudian Babinsa dan Bhabinkamtibmas supaya bisa tahu isoman yang di Jabar ini kondisinya membaik atau memburuk. Jangan sampai baru paham ada warganya yang meninggal dunia di rumah. Itu arahan saya mulai kemarin agar rutin keliling ke yang isoman," jelas Emil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dimassa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com