Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan kasus Covid-19 di Jatim Semakin Tinggi, Ini Saran Pakar Epidemiologi

Kompas.com - 01/07/2021, 12:35 WIB
Muchlis,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Lonjakan kasus baru pasien Covid-19 terjadi di Jawa Timur.

Bila dibanding lonjakan-lonjakan sebelumnya, penambahan kasus harian per Rabu (30/6/2021) mencatatkan jumlah terbanyak, yakni 1.203 pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

Melihat tren kasus baru yang terus meningkat, pakar epidemiologi Universitas Airlangga Dr Windhu Purnomo angkat bicara.

Menurutnya, jika dihitung secara kumulatif, total sudah sebanyak 173.033 warga Jatim yang terinfeksi sejak pandemi Covid-19 melanda, 17 Maret 2020 lalu.

“Yang perlu diperhatikan di sini, bahwa hari ini kita telah mencapai rekor baru jumlah pasien postif Covid-19, yang angkanya lebih tinggi dibanding puncak gelombang pertama pada akhir 29 Agustus 2020, dan gelombang kedua pada 15 Januari 2021 lalu,” ujar Windhu, saat dikonfirmasi, Kamis (1/7/2021).

Baca juga: Zona Merah di Jatim Bergeser ke Bondowoso, Banyuwangi dan Madiun, Ini Kata Satgas Covid-19

Melihat kecepatan peningkatan kasus, Windhu mengatakan, grafiknya hampir tegak lurus atau hampir 90 derajat.

"Hal ini berarti, kecepatan penyebaran virus Covid-19 terlalu tinggi. Salah satu penyebabnya, dimungkinkan karena ada varian baru, yakni varian Delta asal India yang replikasinya atau pembelahan virusnya sangatlah cepat, dan doubling time waktunya terlalu pendek," ucap dia.

Sementara terkait Bed Occupantincy Rate (BOR) di Jawa Timur, Windhu menjelaskan, sudah luar biasa tinggi.

Beberapa kabupaten kota pun juga mulai kewalahan dengan banyaknya pasien yang terinfeksi Covid-19.

“Bila ada banjir bandang dari atas mengalir ke bawah, bagaimanapun meski ada bak penampungan, sebesar apa pun bak penampungan tersebut akan selalu kurang, apalagi rumah sakit. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah, bagaimana membuat hulu itu terbendung,” kata dia saat mengibaratkan situasi penanganan saat ini.

Baca juga: Taman, Tahura, dan Kebun Raya Mangrove di Surabaya Ditutup Sementara

 

Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Peneliti kembali buktikan efek virus corona pada otak yang dapat menyebabkan efek kognitif, kabut otak hingga kelelahan.(SHUTTERSTOCK/creativeneko)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Peneliti kembali buktikan efek virus corona pada otak yang dapat menyebabkan efek kognitif, kabut otak hingga kelelahan.(SHUTTERSTOCK/creativeneko)
Saran pakar epidemiologi

Dengan situasi seperti saat ini, Windhu menyarankan beberapa rekomendasi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Pertama, mencegah melalui upaya primodial atau promosi. Seperti sosialisasi dalam berbagai bentuk kegiatan dan konten, agar masyarakat mau berperilaku aman bagi dirinya dan orang lain," terang dia.

Kedua, lanjut Windhu dengan cara primer.

Yakni membuat masyarakat melaksanakan 3M (Memakai MAsker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak).

"Dan ingat jangan pernah membuka masker dimana pun termasuk di rumah makan, kecuali hendak diganti," ujarnya.

Baca juga: Covid-19 Varian Delta Menginfeksi Seorang Warga Lamongan, Pasien Sempat Bepergian ke Surabaya

Ketiga, melakukan pencegahan skunder, yang sifatnya kuratif.

Kuratif awal adalah deteksi dini atau tracing. Hal ini dilakukan agar seseorang yang terdeteksi dini terinfeksi segera melakukan isolasi agar tidak menularkan virus ke orang lain, serta tidak sampai meninggal bagi yang sudah sakit.

“Seperti sekarang, perlu ada karantina wilayah atau PPKM yang membuat orang tetap stay at home. Sembari kita melakukan pencegahan sekunder yang sifatnya kuratif,” terangnya.

Baca juga: Tangis Ibunda Korban KMP Yunicee: Tak Biasanya Dia Cium Saya Beberapa Kali

Memasifkan program vaksinasi

Masih menurut Windhu, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, salah satunya dengan membentuk herd immunity. Caranya, yakni dengan terinfeksi secara alamiah dan vaksinasi.

"Namun untuk vaksinasi, baru bisa menghasilkan kekebalan populasi bila mencapai cakupan yg besar, minimum 70-80 persen penduduk yang divaksinasi. Dengan demikian virus tidak bertransmisi jika sudah banyak orang dalam suatu populasi terlihat kebal," ujar dia.

Namun begitu, kata Prof Windhu, kalau sudah ada varian virus baru seperti sekarang ini, maka target vaksinasi harus mencapai 85 persen.

Hal ini agar varian baru tidak meluas penyebarannya, karena bila meluas, maka herd immunity akan susah dicapai.

“Oleh karena itu, prinsipnya virus akan mudah menular ke siapa pun yang tidak berada di rumah.  Kita akan bisa memutus penularan bila kita mengarantina diri sendiri. Minimal jika orang yang stay at home sebanyak 70-80 persen dalam satu waktu yang sama, maka penularan akan berhenti,” papar dia.

Baca juga: Saat Wakil Wali Kota Mendadak Jadi Tukang Suntik Vaksin Covid-19

Bagi Windhu, penanganan ini bukan soal aturan jam operasional, atau berapa kuota jamaah di tempat ibadah, tapi yang terpenting adalah berapa persen orang yang dibolehkan keluar jika virusnya original.

"Bila virusnya varian Delta, maka harus lebih dari 80 persen. Jadi yg penting sebetulnya, adalah orang yang boleh keluar itu tidak boleh lebih dari 30 persen,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Regional
Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Regional
Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Regional
Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Regional
[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com