Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Keramik dari China hingga Eropa Ungkap Cerita di Balik Benteng Kota Mas

Kompas.com - 26/06/2021, 10:57 WIB
Rosyid A Azhar ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Sejumlah keramik dari beberapa dinasti kerajaan di China ditemukan para peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara dalam kawasan reruntuhan Benteng Kota Mas, Kwandang, Kota Gorontalo Utara.

Keramik-keramik ini ditemukan dalam pecahan yang sudah tidak utuh lagi dalam proses ekskavasi.

“Kemarin kami juga mendapatkan pecahan keramik dalam kotak galian,” kata Hasanuddin seorang anggota tim peneliti, Sabtu (26/6/2021).

Baca juga: Arkeolog Temukan Sumur Tua di Reruntuhan Benteng Kota Mas

Hasanuddin dan sejumlah peneliti lainnya yang dipimpin Irna Saptaningrum dari Balai Arkeologi Sulawesi Utara saat ini tengah meneliti di reruntuhan Benteng Kota Mas.

Benteng ini masih menyimpan sejumlah misteri, salah satunya adalah siapa yang membangun benteng kokoh ini.

Salah seorang anggota tim peneliti melakukan ekskavasi di Benteng Kota Mas Kwandang, Gorontalo Utara. Peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara ini menemukan sejumlah struktur dan keramik yang terpendam di dalam tanah.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Salah seorang anggota tim peneliti melakukan ekskavasi di Benteng Kota Mas Kwandang, Gorontalo Utara. Peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara ini menemukan sejumlah struktur dan keramik yang terpendam di dalam tanah.

Dari temuan keramik di lapangan yang dilakukan dalam beberapa kali penelitian menunjukkan masa produksinya, benteng ini terkait dengan hubungan perdagangan internasional.

Ini menandakan Gorontalo pada masa itu sangat penting, memiliki hubungan dengan dunia luar.

Irna Saptaningrum yang intensif melalukan riset benteng ini sejak 2019 ini setidaknya telah menemukan 77 potongan keramik.

Baca juga: Benteng Kota Mas, Saksi Penambangan Emas Masa Lalu di Gorontalo

Pada riset kesesuaian letak Benteng Kota Mas terhadap jalur perdagangan maritim di Gorontalo pada abad 17-19 sejumlah keramik dianalisis.

"Sejumlah 76 fragmen keramik dan satu stoneware telah kami analisis berdasar bentuk, asal dan leriodisasi," kata Irna Saptaningrum.

Kawasan reruntuhan Benteng Kota Mas yang sempat dijadikan lahan pertanian oleh warga. Warga setempat menanaminya dengan tanaman jagung.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Kawasan reruntuhan Benteng Kota Mas yang sempat dijadikan lahan pertanian oleh warga. Warga setempat menanaminya dengan tanaman jagung.
Salah satu hasilnya adalah lima mangkuk yang berasal dari Dinasti Qing era Kangxi tahun 1622-1722 dan tiga mangkuk era akhir Kangxi - awal Yongzhen tahun 1722-1730.

Mangkuk-mangkuk lain juga berasal dari Qing dengan era yang berbeda, era Yongzheng-Qianglong (1723-1750), era Daoguang (1820-1850), era Jiaqing-Daoguang (1820-1850), dan era Belanda.

Temuan pecahan keramik lain adalah berbentuk piring, guci, vas, botol, cepuk dan pasu.

"Banyak keramik dari luar negeri, Tiongkok dan eropa," ujar Irna Saptaningrum.

Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau

Temuan keramik tertua berasal dari Dinasti Qing era Kangxi yang memerintah tahun 1622-1722, kemudian ada keramik yang berasal dari era Kaisar Yongzheng, Kaisar Qianlong dari abad 18.

Keramik termuda dari China berasal dari era Kaisar Jianqing dan Kaisar Daoguang yang memerintah pada abad 19.

“Keramik dari Eropa berasal dari Belanda dibuat pada abad 19-20,” ujar Irna Saptaningrum.

Irna Saptaningrum memimpin penggalian reruntuhan Benteng Kota Mas di Goorntalo Utara. Bneteng ini digambarkan dalam sejumlah tulisan sebagai benteng yang memiliki kemegahan.KOMPAS.COM/ROSYID A AZHAR Irna Saptaningrum memimpin penggalian reruntuhan Benteng Kota Mas di Goorntalo Utara. Bneteng ini digambarkan dalam sejumlah tulisan sebagai benteng yang memiliki kemegahan.

Temuan arkeologi ini juga menunjukkan keramik asal China sebagian besar dari Fujian, kemudian disusul Jingdezhen. Sementara keramik asal Guandong sangat sedikit.

Keramik asal Jingdezhen dikenal sebagai keramik yang memiliki kualitas terbaik. Kualitas keramik asal Fujian masih di bawah Jingdezhen.

Baca juga: Piring Keramik dari Era Kolonial Belanda Ditemukan Saat Warga Gali Liang Lahad

Sedangkan yang dari Guandong umumnya merupakan produk massal. Keramik Eropa berasal dari Delf, Belanda.

Ada pula fragmen ornamen yang berasal dari Thailand berasal dari abad 17 yang dikenal dari daerah Sawankhalok.

“Dari hasil analisis keramik memperlihatkan pemakaian atau keberadaan Benteng Kota Mas dimulai pada kisaran abad 17, terus berlangsung pada abad 18 hingga abad 19-20 dengan ditemukannya keramik masa dinas Qing akhir dan temuan keramik eropa dari Delf abad 19,” kata Irna Saptaningrum.

 

Pecahan-pecahan keramik ini juga menginformasikan bahwa para penghuni Benteng Kota Mas adalah mereka yang memiliki tingkat sosial tinggi.

Keramik yang digunakan para penghuni benteng memiliki kualitas tinggi. Keramik dengan kualitas massal juga menunjukkan tingkatan status para penghuni benteng.

Baca juga: Di Masa Pandemi, Omzet Pengusaha Keramik Ini Malah Naik 12 Kali Lipat

Para peneliti arkeologi Balai Arkeologi Sulawesi Utara telah memberi sebuah informasi keberadaan reruntuhan Benteng Kota Mas.

Informasi ini semakin menambah literasi tinggalan arkeologi masa kolonial di Gorontalo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com