Hal itu, kata Dwikorita, disebabkan oleh fakta bahwa Kota Blitar dan sekitarnya berdiri di atas sedimen pasir yang berasal dari letusan Gunung Kelud.
Meskipun jarak dengan pusat potensi gempa di selatan Jawa Timur cukup jauh, yaitu sekitar 250 kilometer lepas pantai selatan Blitar, Kota Blitar dan sekitarnya berpotensi mengalami guncangan kuat.
Sebaliknya jika suatu wilayah berada di atas lapisan batuan keras, lanjutnya, guncangan akibat gempa bisa lebih teredam.
Meski demikian, menurut Dwikorita, hal yang lebih penting dalam mitigasi bencana gempa bumi adalah bagaimana memastikan bangunan yang ada memenuhi standar bangunan tahan gempa.
Baca juga: Alasan Ani Kasanah Ajukan Perubahan Jenis Kelamin dan Ganti Nama Jadi Laki-laki
Bangunan tahan gempa, ujarnya, antara lain mengharuskan adanya kolom-kolom beton dengan penguat rangkaian besi di dalamnya yang menjadi tulang punggung bangunan.
Pilihan lain, adalah membuat bangunan yang terbuat dari material yang ringan seperti bambu.
Dwikorita menegaskan, penyampaian adanya potensi gempa kuat dengan kekuatan maksimal magnitudo 8,7 di selatan Jawa Timur diharapkan tidak membuat panik warga.
Seharusnya, paparan yang disampaikan BMKG direspons dengan menyiapkan diri menghadapi bencana gempa bumi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.